Halo teman-teman Caravel semuanya! Semoga sehat selalu. Setelah sekian lama saya tidak memposting perjalanan akademik saya, di postingan kali ini saya akan melanjutkan dari postingan sebelumnya tentang Datangnya Kejutan-kejutan tak Terduga di Semester 4, dan sekarang saya akan menceritakan perjalanan akademik saya di semester 5 ini. Setelah semester 4 berlalu, tantangan semakin besar. Di sini, saya mengemban tanggung jawab yang baru dan bertemu dengan wajah-wajah yang baru. Setelah saya melakukan magang di luar negeri selama 2 bulan, saya membawa kebahagiaan tersendiri. Saya sedikit demi sedikit semakin percaya bahwa apa yang sudah saya perjuangkan, selama saya ingin belajar dan terus memperbaiki diri, pasti Allah akan memberikan yang terbaik untuk saya. Entahlah, intinya saya sendiri terkadang melamun dan penuh rasa syukur bagaimana Allah terus menuntun saya sampai di titik ini.
Foto bersama teman-teman dan dosen Reflective Micro Teaching |
Keteledoran dalam Kedisiplinan Waktu
Pada waktu itu, ada suatu momen di mana saya bekerja kelompok dengan yang lain, dan saya mempersiapkan semuanya di malam hari hingga pagi hari tiba. Namun, sesuatu yang tidak diharapkan terjadi; saya bangun kesiangan. Saat itu, saya benar-benar merasa stres dan bingung apa yang harus saya lakukan. Akhirnya, saya memutuskan untuk tetap pergi ke kampus. Dengan wajah malu, saya menyapa teman-teman dan dosen yang sudah berada di kelas, sementara saya datang terlambat. Saya benar-benar merasa terpukul oleh kejadian tersebut, hingga saya berpikir bahwa daripada terus merasa stres memikirkan hal yang tidak bisa diulang, yang bisa saya lakukan adalah memperbaiki diri dan berusaha menjadi lebih profesional ke depannya. Sekarang, terkadang saya tersenyum saat mengingat momen itu. Meskipun menyakitkan, kejadian tersebut memberikan saya pelajaran berharga tentang pentingnya kedisiplinan waktu dan cara mengaturnya dengan baik.
Pembicara di suatu event |
Berbagi Pengalaman dengan Teman-teman
Di semester 5 ini, saya membawa hal baru karena saya telah menyelesaikan magang selama 2 bulan di Belgia. Hal yang paling penting bagi saya saat itu adalah membagikan pengalaman tentang bagaimana kehidupan di luar negeri, termasuk kelebihan dan kekurangannya. Karena saat itu saya menjadi asisten dosen, saya sering diajak beliau masuk ke kelas untuk membagikan pengalaman-pengalaman saya selama di Belgia, termasuk ilmu yang saya dapatkan, kepada teman-teman mahasiswa lainnya. Pada awalnya, saya merasa kurang percaya diri karena harus berdiri di depan teman-teman yang selevel dengan saya. Namun, kemudian saya berpikir bahwa inilah saatnya untuk lebih profesional di bidang saya. Pengalaman ini sangat penting karena di masa depan saya memiliki target, yaitu tidak hanya mengajar di sekolah, tetapi juga menjadi dosen. Oleh karena itu, saya menganggap tanggung jawab ini sebagai tabungan pengalaman agar nanti, ketika mengajar di tingkat perguruan tinggi, saya tidak akan terlalu canggung.
Sore hari kala itu |
Mencuci Nilai Mata Kuliah di Semester 1
Hal lain yang tidak kalah penting di semester ini adalah saya mengulang mata kuliah yang menurut saya hasilnya masih kurang memuaskan. Pada semester 1, saya mendapatkan nilai C dalam salah satu mata kuliah, yang sebenarnya sudah cukup dan tidak perlu diulang. Namun, saya merasa perlu memperbaiki nilai ini untuk masa depan, terutama ketika melamar beasiswa LPDP, karena saya sudah merencanakannya sejak awal, bahkan sebelum kuliah. Singkat cerita, semuanya berjalan lancar, dan saya berhasil mendapatkan nilai yang memuaskan di mata kuliah tersebut sekarang. Pelajaran terpenting yang saya dapatkan adalah bagaimana kita beradaptasi dengan dosen, terutama mengikuti preferensi gaya mengajarnya. Pada kenyataannya, mata kuliah yang saya ulang ini sebelumnya diajar oleh Dosen A, namun sekarang diajar oleh Dosen B, sehingga memberikan tantangan tersendiri.
Sampai akhirnya jadi guru di SMK ini |
Praktik Mengajar ke Sekolah
Tantangan belum berhenti di sana. Tantangan selanjutnya adalah saya diharuskan untuk praktik mengajar di sekolah, atau yang biasa disebut dengan micro teaching. Di sini, saya sangat bersyukur karena saya sudah terbiasa mengajar di kelas. Pada waktu itu, saya sudah berpengalaman mengikuti proyek mengajar di beberapa sekolah bersama dosen saya, Pengalaman Mengajar di Sekolah dalam Proyek Sukaraja English Teaching. Lebih spesifik lagi, saya sudah menuliskan postingan mengenai pengalaman tersebut sebelumnya. Dalam hal ini, saya harus secara mandiri mencari sekolah untuk tempat praktik micro teaching. Akhirnya, saya memutuskan untuk pergi ke SMK, tempat saya pernah mengajar sebelumnya. Saya kemudian meminta izin kepada kepala sekolah di sana, dan mereka menyambut saya dengan sangat baik serta menerima saya untuk praktik mengajar.
Singkat cerita, hari di mana saya akan praktik mengajar pun tiba. Saya langsung masuk ke kelas saat itu, ditemani teman saya yang membantu mendokumentasikan kegiatan mengajar saya selama di kelas. Di sini, saya belajar banyak hal, terutama ketika kita sudah terbiasa mengajar atau melakukan hal lainnya. Saat kita dihadapkan pada tantangan serupa di masa depan, kita akan menjadi lebih percaya diri dan tidak kaku lagi. Intinya, memperbanyak pengalaman atau yang sering disebut dengan memperbanyak jam terbang, benar-benar membuat kita lebih percaya diri dalam menghadapi tantangan selanjutnya.
Mengajar di SMK Bojonggambir saat KKN |
Akhirnya, Kuliah Kerja Nyata
Tidak lupa juga, momen yang paling mengesankan di semester 5 ini adalah Kuliah Kerja Nyata (KKN). Pada awalnya, saya tidak begitu yakin akan mudah bergaul dengan orang lain. Namun, ternyata semuanya di luar perkiraan saya, di mana justru selama KKN saya merasakan keakraban dan kebersamaan yang sangat erat. Saya juga sudah menuliskan pengalaman KKN ini secara lebih spesifik dalam postingan sebelumnya, KKN Desa Mangkonjaya, dari Suka sampai Dukanya. Intinya, di momen KKN ini, hal yang menjadi sorotan utama adalah proses pendewasaan diri yang semakin terasa. Salah satu pengalaman penting adalah ketika saya mulai mengendarai motor untuk pertama kalinya dari Tasik ke Bojonggambir, yang tentunya jaraknya sangat jauh.
Saya merasa telah menghadapi segala risiko, mulai dari risiko kecelakaan, hujan di tengah perjalanan yang memaksa saya untuk berhenti dan beristirahat, hingga beradaptasi dengan cuaca yang sangat berbeda dari perkotaan. Di sini, saya mulai berpikir tentang orang-orang yang hidupnya tergantung pada perjuangan mereka menempuh perjalanan jauh, seperti pulang-pergi antara Tasik dan Bojonggambir. Perjalanan ini belum seberapa, dan mungkin ada beberapa orang yang bahkan lebih jauh jarak pulang-perginya. Perjuangan mereka sungguh luar biasa dan ekstrem. Saya benar-benar menghormati mereka yang berjuang tanpa pernah mengeluh meski harus menempuh jarak yang sangat jauh.
Itulah postingan kali ini tentang semester 5 beserta segala pelajarannya. Petualangan akademik belum selesai, karena semester 6 sudah semakin dekat. Sampai jumpa di postingan selanjutnya, semoga tulisan ini bermanfaat bagi teman-teman semua!
No comments:
Post a Comment