Menyebrangi Laut Baltik, dari Finlandia ke Desa Terpencil di Estonia


Setahun telah berlalu, namun petualangan saya belum berakhir. Singkatnya, kontrak saya di apartemen tempat saya tinggal telah habis pada akhir bulan Agustus 2024 kemarin. Sebenarnya, sebulan sebelumnya saya sudah mulai mempersiapkan akomodasi yang akan saya tuju. Di Finlandia, khususnya di wilayah Turku, persaingan untuk mendapatkan akomodasi sangatlah ketat. Setiap tahunnya, mahasiswa baru, baik dari Finlandia sendiri maupun mahasiswa internasional, akan berlomba-lomba mencari tempat tinggal, termasuk saya. Perasaan ini sama persis dengan yang saya rasakan saat pertama kali datang ke Finlandia. Saat itu, yang ada di benak saya hanyalah mencari tempat yang penting murah dan nyaman.


Setelah mencari-cari akomodasi, akhirnya saya menemukan tempat yang sangat murah dan nyaman, namun lokasinya sangat jauh, yakni di sebuah pedesaan terpencil di Estonia. Alasan saya memilihnya adalah karena selama setahun ini saya belum banyak bepergian ke mana-mana, apalagi ke luar Finlandia. Pada postingan sebelumnya, saya sudah menulis tentang Petualangan Seharian menuju Pantai Saaronniemi di Finlandia, namun rasanya masih ada yang kurang. Akhirnya, saya memutuskan untuk pergi ke Estonia, karena jaraknya tidak terlalu jauh dari Finlandia. Saya berencana tinggal di sana selama satu bulan.


Semuanya sudah siap!

Terima Kasih Sudah Menemani selama 1 Tahun Ini

Seperti yang sudah saya sebutkan sebelumnya, kontrak apartemen tempat saya tinggal sekarang sudah berakhir. Banyak sekali kenangan selama satu tahun tinggal di apartemen tersebut. Saya masih ingat ketika pertama kali menemukan apartemen ini melalui Facebook. Lucunya, saya menganggap apartemen ini murah, meskipun saya belum tahu bahwa ada tambahan uang yang harus dibayar sebagai jaminan, yaitu satu kali lipat dari uang sewa bulanan.


Cerita dimulai dari mempelajari beberapa alat dapur yang masih baru bagi saya hingga terjadinya kerusakan lantai, yang sempat membuat saya khawatir. Jika kerusakan tersebut tidak ditanggung oleh asuransi, saya harus membayar 1200 EUR. Namun, alhamdulillah, kerusakan tersebut ditanggung oleh asuransi rumah karena apartemen ini sudah dilengkapi dengan asuransi, jadi saya tidak perlu khawatir lagi. Saya hanya perlu membayar beberapa Euro saja. Selain itu, saya bertemu dengan teman-teman dari berbagai negara. Mengapa bisa demikian? Mereka tinggal di apartemen ini dengan durasi paling lama hingga bulan Mei tahun ini. Sementara saya tinggal hingga bulan Agustus kemarin, jadi sayalah yang tinggal paling lama di apartemen ini.


Ketika saya akan meninggalkan apartemen tersebut, saya merasa seakan-akan meninggalkan sesuatu yang personal. Mungkin terdengar lucu, tetapi itulah yang saya rasakan. Semakin lama kita berada di suatu tempat, semakin besar rasa memiliki yang muncul, berbeda dengan tinggal hanya beberapa bulan yang terasa seperti persinggahan saja. Itulah yang saya rasakan, semua emosi seperti roller coaster terjadi di apartemen ini.


Sedang berada di dalam bus - otw Helsinki

Cuaca Mendung, Tetap Pergi Menuju Terminal Bus Turku

Setelah semuanya siap, saya langsung pergi menuju Terminal Bus. Namun, cuaca saat itu sedang hujan, meskipun tidak terlalu deras, cukup membuat baju saya basah. Karena itu, saya memutuskan untuk pergi terlebih dahulu ke restoran kebab terdekat sambil menunggu jadwal keberangkatan bus. Pada saat itu, jadwal keberangkatan bus adalah pukul 2 siang, sedangkan saya sudah berangkat sejak pukul 10 pagi.


Setelah menunggu beberapa jam, saya pergi ke Terminal Bus. Sesampainya di sana, saya sempat bingung karena tidak tahu di mana bus akan tiba. Kebetulan, salah satu orang yang saya tanya juga akan pergi ke Tallinn, Estonia, menggunakan bus yang sama. Setelah bus tiba, semuanya siap. Saya sempat merasa khawatir dengan barang-barang yang saya bawa, takut beratnya melebihi batas. Namun, ternyata mereka tidak mengecek berat barang-barang tersebut. Sepertinya itu hanya formalitas, meskipun mungkin saja barang penumpang lain bisa diperiksa jika bagasi bus sudah penuh.


Tidak berhentinya melihat pemandangan luar biasa ini

Tiba di Sebuah Pelabuhan dan Naik Kapal Ferry untuk Pertama Kalinya

Tak terasa, bus pun tiba di Terminal Bus Helsinki. Di sana, saya sempat bingung apakah saya harus turun di terminal tersebut dan pergi ke pelabuhan karena jaraknya sudah dekat. Saya kemudian bertanya kepada pengemudi bus apakah bus ini akan melanjutkan perjalanan ke Estonia, karena saya baru tahu bahwa bus tersebut akan masuk ke dalam kapal ferry.



Sesampainya di pelabuhan, saya menemukan hal baru yang sebelumnya belum pernah saya alami. Lucunya, perasaan saya campur aduk antara terharu melihat pelabuhan dengan kapal ferry-nya, dan kebingungan apakah saya harus membawa barang-barang saya yang ada di bagasi bus menuju kapal. Saya pun bertanya kepada petugas pelabuhan, dan ia menjelaskan bahwa saat kita naik kapal ferry menggunakan bus antarnegara, biasanya bus tersebut akan ikut naik ke kapal, sehingga saya tidak perlu membawa barang-barang yang ada di bagasi. Saya hanya perlu mengambilnya nanti ketika sudah tiba di Estonia. Petugas tersebut kemudian meminta saya untuk check-in dan menunjukkan bukti reservasi yang dikirim melalui email. File yang ada di email tersebut di-scan, dan saya mendapatkan tiket untuk masuk ke gerbang selanjutnya nanti. Jika saya lihat, proses ini tidak jauh berbeda dengan di bandara, hanya saja yang membedakan adalah alat transportasinya.


Melihat luasnya lautan di dalam kapal

Pertama Kalinya Naik Kapal Ferry

Beberapa jam saya menunggu, dan akhirnya kapal ferry pun terlihat dengan jelas. Saya benar-benar tidak bisa berkata apa-apa lagi karena ini merupakan pengalaman baru bagi saya. Ketika melihat sesuatu yang benar-benar baru dan memukau, ciri khas saya adalah terdiam. Saya hanya bisa berpikir dan merefleksikan, seakan-akan lika-liku kehidupan dengan berbagai emosi terus saya hadapi dengan usaha dan do'a, serta do'a ibu saya. Pada akhirnya, saya bisa menyaksikan satu per satu keajaiban yang belum pernah saya lihat sebelumnya. Mungkin bagi orang yang sudah terbiasa, hal ini adalah hal yang normal, tetapi bagi saya, ini adalah pengalaman baru yang sangat berkesan.




Singkat cerita, semua penumpang mulai masuk ke kapal, termasuk saya. Entah kenapa, dalam bayangan saya waktu itu, perasaan saya bercampur antara bahagia dan bingung, karena saya belum tahu apa yang harus saya lakukan di dalamnya. Apakah akan seperti di dalam bus atau pesawat, di mana kita duduk dengan teratur? Saya sempat bertanya kepada salah satu petugas yang berada di sana bahwa ini adalah pertama kalinya saya naik kapal ferry, dan apa yang harus saya lakukan. Beliau menjawab bahwa saya hanya perlu duduk di mana saja, asal jangan masuk ke beberapa area tertentu. Akhirnya, saya duduk di lantai pertama. Luar biasa, saya melihat pemandangan lautan yang begitu indah, dan saya benar-benar tidak percaya bahwa saya bisa berada di sini menyaksikan keindahan seperti ini. Kemudian, saya membeli kue dan menikmatinya sambil memandang pemandangan indah selama perjalanan.


Dalam bus sudah seperti di dalam pesawat haha

Sampai di Tallin, Estonia dan Pergi ke Terminal Bus Menuju Võru

Setelah sampai di Pelabuhan Tallinn, Estonia, saya bersama beberapa penumpang lainnya menuju pemberhentian bus untuk mengambil barang-barang yang sebelumnya disimpan di bagasi bus. Namun, ada momen di mana saya hampir melakukan kecerobohan besar. Karena kebingungan, saya bertanya-tanya kepada orang-orang di sana apakah ini pemberhentian bus terakhir, dan apakah saya tinggal mengambil barang-barang tersebut atau perlu menunggu karena bus akan berhenti lagi di terminal lain di Tallinn. Salah satu penumpang mengatakan bahwa dia juga tidak tahu karena ini adalah pertama kalinya baginya, dan dia memutuskan untuk tetap menyimpan barang-barangnya di bagasi. Saya mengikuti apa yang dia lakukan tanpa menanyakan tujuan perjalanannya. Untungnya, salah satu penumpang lainnya memberitahu saya bahwa ini adalah pemberhentian terakhir di Tallinn. Saya pun segera mengambil barang-barang saya dari bagasi bus dan memesan taksi untuk pergi ke terminal bus tempat saya sudah memesan tiket.


Beberapa menit kemudian, taksi datang. Saya sempat bertanya kepada pengemudinya, berapa terminal bus yang ada di Tallinn, dan dia menjawab bahwa hanya ada satu terminal bus karena Tallinn merupakan kota kecil. Singkat cerita, saya tiba di terminal bus dan menunggu beberapa jam hingga akhirnya bus tujuan ke Võru datang. Saya langsung menunjukkan tiket saya untuk di-scan oleh pengemudi. Setelah itu, saya masuk ke dalam bus, dan ternyata bus ini bahkan lebih baik daripada yang sebelumnya. Fasilitasnya bagus, mirip dengan yang ada di dalam pesawat.


Akhirnya sampai! 😴

Selamat Datang di Rumah Selanjutnya!

Akhirnya, saya tiba di terminal bus Võru tengah malam, dan tentu saja saya berharap akan ada taksi di sana. Kemudian, saya mencoba menggunakan salah satu aplikasi taksi meskipun harganya mahal, karena ini satu-satunya cara untuk menuju desa tempat saya akan tinggal. Setelah sampai di desa tersebut, saya benar-benar kelelahan dan akhirnya bisa beristirahat dengan tenang, menunggu hari esok dengan suasana pagi yang benar-benar baru di sebuah pedesaan yang belum pernah saya bayangkan sebelumnya. Ini adalah pertama kalinya saya tinggal di daerah pedesaan terpencil seperti ini di Eropa. Benar-benar seperti mimpi yang menjadi kenyataan. Desa apakah ini? Saya rahasiakan dulu. hehe... 😆 Di postingan selanjutnya, saya akan menuliskan satu per satu desa yang saya kunjungi, termasuk desa tempat saya tinggal ini, yang memiliki bukit-bukit hijau dan indah sekali.


Ada beberapa pelajaran besar yang saya dapatkan selama perjalanan ini, termasuk sebelum perjalanan dimulai


Sepanjang jalan tersenyum dan bersyukur hehe

1. Kalau Sudah Waktunya, BOOM! Kun Fayakun!

Jika saya harus menilik ke belakang, lagi-lagi yang teringat adalah bagaimana kerasnya perjuangan saya. Setiap hari, hampir hingga larut malam, baik di negeri sendiri maupun di negeri orang, saya selalu berada di dalam kamar. Sebenarnya, saya suka bersosialisasi dan termasuk orang yang ekstrovert, tetapi saya terlahir dari keluarga yang berbeda dan ditakdirkan menjadi seorang survivor. Saya punya mimpi, dan saya harus memperjuangkannya. Mimpi-mimpi tersebut saya kejar karena saya ingin menemukan kebebasan dalam diri, seolah ada sesuatu yang membelenggu jiwa ini, meskipun saya tidak tahu apa itu. Seiring berjalannya waktu, saya mulai menyadari bahwa kebebasan yang saya impikan adalah duduk sendiri, berlari bebas, dikelilingi hijaunya alam, merefleksikan bagaimana Allah telah menuntun saya sejauh ini untuk menjelajahi berbagai tempat, dari kampung hingga kota, untuk menambah pengalaman dan membuat diri ini setidaknya menjadi selangkah lebih baik serta bijak dalam menilai realita dunia.


Ketika saya duduk di dalam kapal ferry, sambil menikmati indahnya lautan yang luas serta matahari, saya mengenakan kacamata hitam agar tidak menyilaukan mata. Dari awal perjalanan hingga sampai di tujuan, saya tidak berhenti menikmati pemandangan tersebut. Hanya satu hal yang menjadi kesan besar dari semua cerita ini, yakni bahwa jika memang sudah waktunya, Allah akan memberikannya. Namun, pada saat yang sama, itu juga menjadi ujian bagi saya. Ketika memandang luasnya lautan dan keindahannya, saya terbesit dalam pikiran, "Mengapa sekarang saya bisa menikmati keindahan alam seperti ini, sementara beberapa orang yang berjuang tidak bisa menikmatinya, terutama mereka yang berada di daerah peperangan? Seberuntung itukah saya, ya Rabb?" Tetapi di sini, saya mulai berpikir kembali bahwa momen ini sebenarnya netral. Hanya bagaimana cara saya memandangnya yang memberikan nilai lebih terhadap momen tersebut. Saya mungkin bisa melihatnya sebagai sebuah keberuntungan, tetapi pada saat yang sama, Allah sedang menguji saya. Bagaimana saya melihat hal ini dapat dipandang dari perspektif yang lebih luas, lebih dari sekadar beruntung atau tidak beruntung, yaitu pentingnya makna kata 'memutuskan' atau 'memilih.' Mengapa saya memutuskan demikian? Pasti ada alasan tersendiri, dan inilah yang membuat setiap manusia memiliki jalan dan tujuan tertentu. Mungkin suatu saat kita bertemu di persimpangan, tetapi nanti akan berpisah lagi menuju impian kita masing-masing.


Pemandangan dari atas Pelabuhan

2. Bertanya kepada yang Lebih Kredibel

Pelajaran selanjutnya yang saya dapatkan adalah kecerobohan saya dalam bertanya kepada orang yang kurang kredibel. Sebenarnya, saya bisa bertanya kepada mereka, tetapi jika ada orang yang lebih kredibel dalam hal ini, seperti pengemudi bus, mengapa tidak menanyakannya langsung kepada mereka? Alasan saya tidak bertanya kepada pengemudi adalah karena saya tidak ingin mengganggu, mengingat saya sudah banyak bertanya sejak awal perjalanan hingga tiba di pelabuhan. Namun, saya berpikir kembali bahwa sebagai penumpang, saya berhak untuk bertanya jika ada hal yang membingungkan. Ini mungkin terlihat sebagai pelajaran sepele, tetapi bisa menjadi kecerobohan besar jika saya melakukannya. Mengapa? Bisa saja saya melanjutkan perjalanan ke Polandia, padahal akomodasi yang saya pesan berada di Estonia. Lebih parah lagi, jika sudah di tengah jalan, kemungkinan bus tidak akan bisa berhenti, apalagi jika sudah memasuki area hutan. Terbayang, kan? Di sini, saya benar-benar belajar untuk lebih berhati-hati ke depannya.


Panasnya matahari jadi tidak begitu terasa 😌

3. Dari Imajinasi menjadi Kenyataan, Alhamdulilah!

Pelajaran terakhir yang saya dapatkan secara keseluruhan dari perjalanan ini adalah mengingat bagaimana dulu saya sering berimajinasi tinggal di sebuah kampung hijau dengan langit biru, di mana saya bisa berlari-lari dengan bebas seperti default wallpaper yang ada di Windows PC/Laptop kita. Sekarang, waktunya telah tiba, dan itu ada di depan mata. Saya bahkan tidak percaya pada diri saya sendiri, apakah ini mimpi atau kenyataan. Namun, ini benar-benar kenyataan dari apa yang dulu saya bayangkan dalam pikiran saya. Hal ini semakin memberi saya semangat, karena melihat pola kehidupan yang saya jalani, satu per satu impian mulai tercapai. Mudah-mudahan, ke depannya Allah memberi jalan menuju mimpi-mimpi saya yang lebih besar lagi. Bagi saya, hidup ini tak lain adalah sebuah petualangan yang seru dan menantang. Seolah-olah, saya sekarang sedang menulis kisah hidup saya sendiri, yang suatu hari nanti akan saya baca untuk melihat bagaimana saya meninggalkan jejak di dunia ini.


Mungkin itu saja untuk postingan kali ini. Semoga bermanfaat dan sampai jumpa di postingan traveling selanjutnya tentang desa tempat saya tinggal. Bye for now! 😁

No comments:

Post a Comment

Pages