Di Tengah Hijau yang Tak Berujung, Desa Kecil Haanja di Võru, Estonia


Halo teman-teman Caravel semuanya! Selamat datang kembali di blog Caravel ini. Saya sangat bahagia jika teman-teman meluangkan waktu untuk membaca sedikit cerita saya. Bukan hanya cerita yang saya tuliskan, tetapi juga beberapa poin refleksi yang mungkin bisa bermanfaat bagi kita semua. Intinya, saya menulis postingan ini seolah-olah sebagai jurnal pribadi saya, tetapi kenapa tidak saya bagikan juga kepada teman-teman? Mungkin ada di antara teman-teman yang menemukan bahwa apa yang saya pelajari relevan dengan prinsip-prinsip yang teman-teman Caravel miliki. Pada postingan sebelumnya, saya sempat menulis tentang Menyebrangi Laut Baltik, dari Finlandia ke desa terpencil di Estonia. Sekarang, selamat datang di desa Haanja, Võru, Estonia!


Pagi hari + Secangkir kopi hangat di sebuah pedesaan yang damai dan sejuk

Rumah dengan Tema yang Membawa ke Masa Lalu

Ketika saya tiba di tengah malam itu, akhirnya saya menemukan rumah yang akan saya tinggali selama satu bulan ke depan. Saat saya masuk ke dalam rumah tersebut, pikiran saya langsung dipenuhi oleh suasana campuran yang unik: sentuhan ala Texas dengan nuansa Cowboy, elemen klasik seperti lemari penuh buku-buku filsafat, dan tetap mempertahankan suasana modern melalui desain kamar tidur dan kamar mandinya yang termasuk modern. Malam itu, saya benar-benar tidak percaya bahwa saya akhirnya pergi ke negara lain, tinggal di sebuah desa terpencil, dengan berbagai pikiran acak yang memenuhi kepala saya saat itu. Saya tidak sabar menantikan pagi hari di sebuah desa di bawah langit Eropa. Setelah itu, saya mandi di tengah malam itu dan kemudian setelah bersih semuanya barulah beristirahat.



Pagi yang dinantikan telah tiba. Ketika saya membuka jendela dan melihat pemandangan di luar rumah, masyaAllah, saya benar-benar terdiam dan tidak bisa berkata apa-apa lagi. Seolah-olah saya berada di surga. Namun, sering kali ketika saya langsung berpikir "Yad, ini hanyalah sebagian kecil dari keindahan yang diberikan oleh-Nya, dan bahkan ini bersifat sementara atau palsu. Bayangkan mereka yang tidak memiliki penglihatan, apakah mereka bisa melihat keindahan ini? Apakah ini adil?" Hal ini membuat saya berpikir kembali bahwa saya harus tenang dan tidak terlalu terlena oleh keindahan ini. Masih banyak yang harus diperjuangkan, dan saya harus tetap fokus pada tujuan, karena hal ini bisa saja menjadi distraksi besar bagi diri saya. Namun, pemikiran ini selalu membawa saya pada refleksi tentang betapa menantangnya membangun kehidupan hingga mencapai titik ini sekarang.



Di tempat tinggal yang baru ini, tentunya saya menemukan banyak hal baru. Landlady-nya sangat baik, dia selalu memberikan arahan tentang apa yang bisa saya lakukan selama tinggal di desa ini. Ada satu benda yang benar-benar membuat saya bernostalgia, yaitu pemutar musik dan radio, yang sudah disediakan bersama beberapa CD-nya. Benda ini benar-benar membawa saya kembali ke masa lalu, ketika CD/DVD masih sangat populer, sementara sekarang semakin sedikit digunakan karena tergantikan oleh teknologi yang lebih canggih seperti smartphone atau laptop.


Ini nyata! Di depan mata sendiri 😲

Inilah Hijau yang Pernah Dibayangkan Dulu

Sejak dulu, selalu terbersit dalam pikiran keinginan untuk berada di sebuah padang rumput yang hijau dan luas, serta menghilang sejenak dari keramaian. Keinginan ini sebenarnya sudah pernah saya alami ketika saya berada di Desa Bojonggambir, Tasikmalaya, di mana saya melihat Bukit Teletubbies yang nyata di depan mata. Pada saat itu, saya benar-benar merasa bebas, terharu, tersenyum sendiri, dan hal sederhana inilah yang saya idamkan.



Kemudian, saya mulai bermimpi dan terobsesi dengan bukit-bukit hijau nan luas di Eropa. Saya sering melihat gambarnya di Google, dan terkadang tersenyum sendiri melihatnya. Hal ini membuat saya semakin bersemangat untuk mengejar mimpi saya. Akhirnya, "Here I am!" saya berada di sini sekarang, mencoret salah satu mimpi dari daftar saya, melalui berbagai cerita dan emosi yang menyertainya.



Namun, saya tidak terlalu memikirkan apa yang saya rasakan, karena saya selalu yakin bahwa perasaan hanyalah bumbu penyedap dalam kehidupan. Yang terpenting adalah saya terus melanjutkan perjuangan selama ruh masih bersemayam di dalam jasad ini. Terkadang, saya suka menertawakan diri sendiri dan berkata, "Tuh kan, kalau sabar, terus berjuang, berdoa, dan Allah berkehendak, semuanya terealisasi." Lalu, saya menjawab diri saya sendiri, "Iya, betul juga, walaupun banyak hal yang harus dikorbankan dalam prosesnya".


Danau Vaksna di Desa Haanja, Võru, Estonia

Tidak Lupa dengan Danaunya

Suatu hari, saya berencana melakukan perjalanan ke salah satu danau di desa ini, yaitu Danau Vaksna. Pagi itu, saya bersiap-siap dengan membawa peralatan dokumentasi dan beberapa bekal makanan untuk perjalanan, karena jaraknya sebenarnya tidak terlalu jauh dari tempat saya tinggal, sekitar 2,4 km. Sepanjang perjalanan, saya benar-benar menikmati pemandangan sekitar, karena ini adalah pengalaman pertama saya melihat hal-hal seperti ini. Setiap langkah terasa sangat bermakna, dan saya menemukan kebahagiaan yang selama ini saya cari.



Saya melihat padang rumput yang luas, kemudian melewati hutan sendirian. Saya benar-benar merasa seperti seorang penjelajah, menemukan kebebasan dalam hidup. Singkat cerita, akhirnya saya tiba di tujuan. Dapat ditebak, apa yang terjadi? Rasa kagum kembali menyerang jiwa saya. Entahlah, apakah ini yang disebut jatuh cinta? Haha 😆 Saya benar-benar merasakan ketenangan hati dan terharu melihat perjuangan saya yang begitu kompleks, hingga akhirnya membawa saya ke tempat seindah ini. Benar-benar takdir Allah yang tak bisa diprediksi.



Saya melangkah menuju dermaga di danau itu, dan di sana tidak ada seorang pun. Bayangkan! Saya merasa benar-benar bebas dan sangat tenang. Inilah kedamaian yang selama ini saya impikan. Saya sungguh bersyukur, segala puji bagi Allah semata. Tanpa pertolongan-Nya, saya tak akan bisa sampai di tempat seindah ini. Saya menuliskan judul di atas di tengah hamparan hijau yang tak berujung, dan ternyata ada surga lain di tengah hamparan hijau tersebut.


Seperti di dalam game! 😆

Atmosfer Kuat Seperti di Game

Hal selanjutnya yang saya rasakan selama tinggal di desa ini adalah atmosfer yang kuat, seolah-olah saya berada di dalam sebuah game. Ada beberapa game yang pernah saya mainkan dulu di masa kecil saya dan suasananya persis sekali dengan yang ada di sini seperti traktor, rumah-rumah, mobil, jalan, dan hal-hal lain yang khas. Namun, yang luar biasa adalah di sini saya seolah-olah menjadi karakter utama dari permainan itu, tetapi dalam kehidupan nyata.



Saya tinggal di sebuah rumah yang bisa dibilang rumah tradisional, dan ketika saya menyalakan radio, saya tertawa sendiri karena rasanya benar-benar seperti sedang berada di dalam game. 😆 Kurang apa lagi? Ini benar-benar pengalaman yang tidak dapat terlupakan. Mudah-mudahan Allah memberikan lebih banyak lagi pengalaman yang indah di masa depan. Amin, ya Rabb!


Di tempat pemberhentian mini bus, Desa Haanja

Aksesibilitas Lumayan Mudah

Hal selanjutnya yang ingin saya sampaikan berkaitan dengan aksesibilitas selama saya tinggal di sini. Ketika saya tiba di Estonia, saya membeli SIM Card baru dengan nomor Estonia seharga 5 Euro, dengan gratis internet dan telepon selama satu bulan. Hal luar biasa dari negara ini adalah bagaimana internet benar-benar menjadi prioritas utama bagi publik. Saya melihatnya mulai dari bus, terminal, hingga di desa ini sendiri, di mana terdapat spot khusus untuk WiFi gratis. Kesadaran mereka terhadap pentingnya koneksi dalam dunia digital sangat saya apresiasi, terutama sebagai turis yang tinggal di sini selama satu bulan. Saya melihat adanya WiFi gratis sebagai opsi yang sangat membantu jika terjadi masalah dengan koneksi internet. Di rumah yang saya tinggali, sudah tersedia WiFi gratis, jadi saya tidak perlu khawatir juga soal koneksi internet.



Selanjutnya, di desa ini juga ada minimarket bernama COOP. Di dalamnya cukup lengkap seperti minimarket pada umumnya, tetapi bagi seorang muslim seperti saya, mencari makanan halal menjadi tantangan tersendiri selama tinggal di desa ini karena tidak ada satu pun supermarket yang menjual daging halal. Jadi, selama satu bulan ini, saya terpaksa berhenti mengonsumsi sumber protein ini. Selama di sini, saya hanya makan telur sebagai menu utama, dengan makanan pokok seperti nasi atau buckwheat. Untungnya, landlady saya menyimpan banyak makanan, mungkin dari tamu-tamu sebelumnya, dan dia mempersilahkan saya untuk mengonsumsi apa saja yang ada. Dengan begitu, saya bisa lebih menghemat pengeluaran selama satu bulan ini karena banyak makanan tersedia di lemari.



Selanjutnya, saya ingin menceritakan tentang transportasi. Jika digambarkan, situasinya mirip dengan desa tempat tinggal saya, di mana ada kota yang menjadi pusatnya. Di sini, Desa Haanja juga memiliki kota pusat, yaitu Võru. Namun, lebih tepatnya bukan kota, melainkan kabupaten. Makanya, jika dicek di Google Maps, yang muncul adalah Võru County, yang sepadan dengan istilah Kabupaten Võru dalam bahasa Indonesia. Biasanya, warga di sini harus pergi ke pusatnya, Võru, jika ingin berbelanja dalam jumlah banyak atau mencari barang yang tidak tersedia di minimarket. Di sana, aksesibilitasnya sudah cukup lengkap. Untuk transportasi ke sana, biayanya hanya 4 Euro pulang-pergi, dan kendaraan yang digunakan adalah minibus karena jumlah penumpangnya tidak terlalu banyak. Jarak dari desa ini ke pusat kota sekitar 18 km.


Dari semua yang telah saya ceritakan di atas, tentu ada beberapa pelajaran yang bisa saya ambil selama tinggal di desa terpencil ini.


Tempat berteduh di sekitar danau, tempat cocok buat santuy 😁

1. Random Thought, Harus Siap dengan Konsekuensinya

Pelajaran pertama yang saya ambil di sini lebih berkaitan dengan pemikiran spontan atau keputusan yang diambil secara tiba-tiba dan berisiko. Mengapa saya mengatakan demikian? Sebenarnya, awalnya saya tidak terlalu berniat untuk pergi ke negara lain dan masih bisa mencari apartemen sewaan di Finlandia. Namun, saya berpikir kembali, yang terpenting adalah tinggal di tempat yang nyaman, murah, dan sudah lengkap perabotannya (fully furnished). Akhirnya, saya menemukan rumah dengan kriteria yang saya inginkan di desa terpencil ini, di luar Finlandia. Pada waktu itu, saya berpikir, "Okelah, karena saya juga belum pernah bepergian ke luar Finlandia selama musim panas. Jadi, mungkin ini keputusan yang baik bagi saya".


Namun, ternyata keputusan untuk menghemat dengan tinggal di desa terpencil ini membawa banyak tantangan yang tidak saya duga sebelumnya. Mulai dari layar laptop yang rusak dan harus diperbaiki di pusat kota dengan biaya yang cukup mahal. Selain itu, bahasa juga menjadi tantangan tersendiri, terutama karena saya tinggal di desa terpencil. Tantangan lainnya berkaitan dengan akademik, di mana saya harus menghadiri kelas secara online sebelum kembali ke Finlandia. Untungnya, banyak kursus yang saya ambil merupakan kursus online, jadi saya tidak perlu sering ke kelas. Bahkan nanti ketika saya kembali ke Finlandia, saya hanya perlu ke kampus untuk menghadiri tiga mata kuliah saja.


Selain itu, dalam hal transportasi pulang-pergi ke Finlandia, biayanya benar-benar di luar perkiraan, termasuk biaya taksi yang cukup mahal dari desa ini ke terminal bus di Võru. Jika saya kalkulasikan, biaya keseluruhan ini hampir sama dengan ketika saya tinggal di apartemen sebelumnya di Finlandia. Jadi, tidak ada penghematan yang signifikan. Setidaknya, ini menjadi pelajaran besar bagi saya ketika ingin bepergian ke negara lain. Saya harus benar-benar mempertimbangkan hal-hal di luar ekspektasi, terutama jika tinggal di daerah terpencil.


Istirahat sejenak di Suur Muna Cafe

2. Tetap Bersyukur dengan Keputusan yang Diambil

Sekali lagi, prinsip tawakkul menjadi senjata ampuh untuk menghadapi semua tantangan yang datang. Intinya, saya selalu bersyukur bahwa semua ini sudah direncanakan oleh Allah. Jadi, saya tidak perlu banyak mengeluh, yang terpenting adalah berusaha semaksimal mungkin, sisanya saya serahkan kepada keputusan-Nya. Benar saja, setelah saya pikir-pikir, saya tidak menyesal sama sekali tinggal di sini, karena ini adalah pertama kalinya saya tinggal di sebuah desa terpencil di bawah langit Eropa, dengan segala hal baru yang saya lihat. Jadi, saya simpulkan bahwa ini adalah sesuatu yang sangat patut disyukuri. Saya tidak menyesali keputusan yang saya buat dan mengambil tanggung jawab penuh atas hal tersebut.



Selama saya tinggal di sini, sebenarnya saya tidak terlalu sering keluar rumah karena saya memiliki banyak tugas dan pekerjaan lain yang harus diselesaikan. Akibatnya, keluar rumah menjadi sesuatu yang sangat rewarding bagi saya, karena saya menunda gratifikasi ini dan menahan diri. Saya tahu persis bahwa dengan menahan diri dari gratifikasi, yaitu keluar rumah, kepuasan yang saya rasakan nantinya akan jauh lebih besar, baik untuk fisik maupun jiwa saya. Mengapa demikian? Karena saya berdisiplin terhadap diri sendiri dan menahan keinginan, sehingga ketika akhirnya saya memberikan gratifikasi itu, dalam bentuk keluar rumah, tingkat kepuasan yang saya rasakan jauh lebih tinggi daripada jika saya sering-sering keluar.


3. Ini Pertama Kalinya, Sangat Berharga Sekali

Seperti yang sudah saya sebutkan, intinya saya bersyukur atas keputusan yang saya ambil. Jika ada kesalahan, perbaiki; jika ada hal yang baik, syukuri dan jadikan dorongan untuk lebih semangat dalam berjuang. Namun, hikmah terbesar bagi saya di poin terakhir ini adalah bahwa semua ini merupakan pengalaman pertama bagi saya. Jadi, apa yang harus disesali? Jujur saja, awalnya saya sempat bertanya pada diri sendiri, "Kenapa tidak tinggal di Finlandia saja kalau biayanya pada akhirnya sama?" Tapi kemudian saya berpikir kembali, "Oh iya, mungkin biayanya sama, tetapi pengalamannya berbeda". Tinggal di Finlandia sudah menjadi rutinitas bagi saya, sedangkan di sini, semuanya merupakan hal baru yang menarik untuk dicoba. Jadi, tidak ada alasan bagi saya untuk menyesal hanya karena soal penghematan biaya.


Itulah postingan kali ini yang berisi cerita singkat tentang pengalaman saya tinggal di desa terpencil di Estonia. Semoga ada hal bermanfaat yang bisa diambil. Sampai jumpa di postingan perjalanan selanjutnya! 😊

No comments:

Post a Comment

Pages