Petualangan Seharian Menuju Pantai Saaronniemi di Finlandia


Halo teman-teman Caravel semuanya! Di postingan kali ini, saya kembali menuliskan cerita petualangan saya di negeri orang, yang selanjutnya adalah Kota Turku, Finlandia. Setelah lama tidak menulis cerita perjalanan, terakhir kali saya posting tentang Kenangan Abadi di Kota Cinta, Paris, akhirnya saya memutuskan untuk berpetualang kembali, bukan hanya sekadar untuk menikmati pemandangan, tetapi juga untuk duduk sendiri merenungi makna hidup sedalam-dalamnya. Entahlah, di dalam jiwa saya ini seolah-olah ada gravitasi kuat yang menarik ke dalam dan mengharuskan saya untuk menjelajah, bukan hanya dunia luar secara fisik, tetapi saya juga terus merasa kurang dan belum puas dengan ilmu yang saya dapatkan sampai saat ini. Di satu sisi, saya sangat bersyukur karena mempunyai semangat diri seperti ini, tetapi di sisi lain, semakin dalam saya menggali kebenaran satu per satu, semakin merasa diri ini tidak ada apa-apanya.


Pagi hari sudah siap! :)

Alasan-alasan di balik Pergi ke Tempat Ini

Sebenarnya, alasan utama saya memutuskan untuk pergi ke tempat ini awalnya karena ada sedikit masalah, yakni perbaikan lantai yang rusak di apartemen saya sehingga saya harus menginap di penginapan selama empat hari. Jauh-jauh hari sebelumnya, saya sudah mempersiapkan apa yang harus dilakukan karena barang yang akan saya bawa juga terbatas. Di sini, saya merasa seolah-olah menjadi seorang backpacker yang sedang pergi ke suatu tempat dan harus memaksimalkan kesempatan ini. Selain itu, seperti yang sudah saya jelaskan sebelumnya, awalnya karena ada permasalahan, tetapi saya menerimanya karena jika saya mengeluh atau memusingkan diri sendiri, itu tidak akan memecahkan masalah. Jadi, saya menerima saja apa yang sudah dikehendaki-Nya dan mengambil sisi positifnya, yaitu mungkin Allah memberikan ujian ini tidaklah seberapa dan mendorong saya untuk beristirahat sejenak dan tidak terlalu fokus pada pekerjaan-pekerjaan saya.


Alasan yang kedua, saya sudah membayangkan bahwa diam di penginapan dan di apartemen saya sama saja karena saya akan diam di tempat dan jarang keluar. Kemudian, saya berpikir kembali, kenapa Allah menguji saya dengan cara ini? Saya mencoba memaknai kondisi saya, dan pelajaran yang bisa saya ambil adalah seakan-akan saat ini Allah memberikan saya waktu sejenak untuk menemukan makna yang lebih dalam dari ujian yang diberikan-Nya kepada saya. Akhirnya, saya mengurangi rasa keras kepala saya dan memutuskan pergi ke tempat yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya. Sungguh indah jika dipikirkan bagaimana Allah menuntun saya melalui skenario yang dibuat-Nya, dan saya tinggal memutuskan akan memilih yang mana.


Menunggu bus! 😁

Perjalanan Sekitar 48 Menitan

Tanggal 19 Agustus tiba, di mana saya harus meninggalkan apartemen saya dari pukul 7 pagi. Sebenarnya, hari itu saya benar-benar merasa lelah karena tidak bisa tidur semalaman, ditambah lagi saya harus mengangkut barang-barang bersama teman saya malam sebelum hari H. Alhasil, di pagi hari, saya sangat mengantuk dan tidak memiliki banyak energi. Singkat cerita, saya keluar dari apartemen dan menuju tempat pemberhentian bus. Kelebihan sistem transportasi di Finlandia atau negara-negara Eropa lainnya adalah kebanyakan menggunakan jadwal, dan ini mempermudah saya memperkirakan waktu untuk menunggu bus datang.


Hp dan Kartu Akses Bus di Turku, Finlandia
Di dalam Bus


Ketika bus tiba, saya masuk dan duduk sambil memanfaatkan waktu untuk tidur sejenak dalam perjalanan menuju pusat kota Turku, Finlandia. Di sini, saya mengambil bus nomor 32 atau 42. Ketika saya turun di pusat kota, saya langsung menuju pemberhentian bus nomor 8, di mana bus ini tujuannya pergi ke Ruissalo, salah satu wilayah di Turku. Sebenarnya, teman-teman saya sudah merekomendasikan tempat ini setahun yang lalu karena keindahannya. Walaupun begitu, saya belum begitu tertarik karena tujuan saya adalah fokus belajar dan produktif dalam mencapai impian saya. Setelah menunggu beberapa menit di pemberhentian bus, akhirnya bus nomor 8 datang juga. Awalnya, saya berniat memanfaatkan waktu untuk tidur, tetapi pemandangan yang saya lihat selama perjalanan sangatlah luar biasa. Rasa kantuk pun hilang entah mengapa.


Rasa Kantuk Hilang 😅


Selama setahun ini, ternyata saya melewatkan hal-hal indah seperti ini. Saya tidak bisa berhenti melihat kanan kiri dari dalam bus karena rasanya seperti berada dalam mimpi, di mana selama perjalanan saya melihat berbagai macam keindahan alam dengan danau-danaunya. Saya merasa terharu dan menyadari bahwa Allah memberikan masalah ini untuk memberikan saya waktu memaknai hidup lebih mendalam lagi. Jika harus saya gambarkan, seolah-olah saya berada dalam Jurassic World, di mana momen ini persis ketika seorang anak melihat sesuatu yang benar-benar menakjubkan untuk pertama kalinya di depan matanya, dan itulah yang saya rasakan pada momen tersebut. Ini baru di perjalanan saja, saya sudah tidak bisa membayangkan lagi bagaimana ketika nanti sudah sampai di sana.


Benar-benar Pemandangan Menakjubkan. MashaAllah! 😇

Berjam-jam di Pantai dengan Penuh Makna

Dari awal saya pergi, sebenarnya saya menggunakan Google Maps sebagai petunjuk, dan bahkan jauh-jauh hari sebelumnya saya mencari destinasi ini melalui Google Maps, bukan dari mesin pencarian Google yang biasa saya pakai untuk mencari rekomendasi tempat. Saya lebih suka pergi ke tempat yang acak dengan rencana saya sendiri, menggunakan peta dan menandainya. Seolah-olah saya sedang berpetualang dengan bebas dan bisa pergi ke mana pun.


Setelah sekitar 48 menit di bus, akhirnya saya tiba di wilayah Ruissalo, lebih tepatnya dekat pantai Saaronniemi. Singkatnya, saya turun dari bus dan mengikuti petunjuk dari Google Maps. Awalnya, saya sedikit kebingungan karena pantainya sama sekali belum terlihat. Perlahan, saya melangkahkan kaki dan terus mengikuti petunjuk dari Google Maps, sedikit demi sedikit saya mulai melihat birunya lautan di pagi hari seolah-olah menyambut saya, seakan-akan mereka berkata pada saya, "Ke mana saja kamu? Sudah hampir satu tahun lho". Dalam hati, saya menjawab, "Maafkan, masih banyak yang harus saya selesaikan. Saya punya tanggung jawab yang besar, jadi saya jarang keluar melihat kalian. Apalagi saya anak satu-satunya, dan salah satu tulang punggung keluarga sudah tenang di alam sana dan yang satunya lagi sudah semakin tua. Sekarang kalian paham, kan, kenapa saya jarang ketemu kalian?". Mereka seakan-akan menjawab kembali, "Ya sudah, kita nikmati bersama di sini untuk beberapa jam ke depan ya".


Itulah yang saya rasakan ketika tiba di pantai tersebut. Saya tidak bisa berkata apa-apa karena momen tersebut benar-benar sempurna seperti yang saya bayangkan, yakni tidak ada orang sama sekali, angin yang tidak begitu kencang, matahari yang mulai terbit, ombak lautan yang tenang, dermaga, dan saya duduk di atasnya. Di momen ini, potret-potret perjuangan masa lalu saya langsung terputar di dalam pikiran saya, bagaimana rasa lelah saya pada akhirnya bisa mengantarkan saya ke tempat yang seindah ini. Saya berpikir kembali, jika saya terus berjuang, inshaAllah, keindahan yang akan saya lihat bahkan akan lebih dari ini. Saya benar-benar seperti bermimpi karena tadinya saya hanya melihat tempat ini di gambar Google ketika saya berada di Indonesia, dan pada akhirnya saya melihat kenyataannya sekarang. MashaAllah!


The Power of Tawakkul

Sejak pertama kali saya mengenal stoikisme, saya memahami bahwa pada intinya, paham ini mengajarkan saya untuk mengendalikan diri dan menerima hal-hal yang tidak dapat saya kendalikan tanpa perlu mengeluh atau protes, karena semua itu dianggap bagian dari proses alam. Saya sangat menyukai prinsip ini. Namun, pada akhirnya, saya menemukan satu kritik terhadap filosofi ini, yaitu kecenderungan untuk menjadi pasif. Dalam stoikisme, tampaknya sesuatu yang terjadi, terutama yang berkaitan dengan psikologi seseorang, dianggap tidak dapat diubah atau diperbaiki.


Di sisi lain, tawakkul membawa perspektif yang berbeda bagi saya, seolah-olah sebagai versi "terbaru" dari stoikisme. Tawakkul melibatkan keyakinan penuh kepada Allah setelah saya melakukan upaya maksimal. Dalam tawakkul, saya tidak hanya pasif terhadap keadaan atau hanya bereaksi. Sebaliknya, saya didorong untuk berusaha dan bertindak dalam upaya menyelesaikan masalah sambil menyerahkan hasilnya kepada Allah. Ini berarti, meskipun saya berusaha keras, saya tetap percaya bahwa Allah yang Maha Mengetahui dan akan memberikan skenario terbaik bagi diri saya sendiri. Secara idealis, jika saya konsisten dalam bertindak dan berdo'a, perubahan pasti akan datang, meski membutuhkan waktu. Bahkan jika saya meninggal di tengah perjuangan tersebut, saya tidak akan mati sia-sia. saya akan mati sebagai seorang pahlawan, karena saya berjuang dengan kepercayaan penuh kepada Allah hingga akhir.


Dermaga dan Boat-nya


Contoh konkret dari perbedaan ini adalah ketika saya pernah dalam situasi menunggu sertifikat hasil ujian TOEFL untuk melamar LPDP di seleksi administrasi, sedangkan batas waktu pendaftaran sudah hampir habis. Saya bingung apakah saya harus menunggu sertifikat tersebut dengan risiko melewati deadline. Jika saya hanya mengikuti prinsip stoikisme, saya akan menerima situasi ini dengan ikhlas, pasrah jika memang takdir saya belum mendapatkan sertifikat tersebut tepat waktu, apalagi setelah menghubungi pihak penyelenggara TOEFL dan tidak ada kepastian percepatan. Saya hanya bisa menerima keadaan ini karena itu di luar kendali saya.


Namun, prinsip tawakkul melengkapi stoikisme saya. Dengan tawakkul, saya tidak hanya menerima keadaan yang tidak bisa dikendalikan, tetapi juga berusaha mencari solusi lain yang masih berada dalam kendali saya dengan tentunya risiko tambahan dan pengorbanan lainnya, sambil percaya bahwa Allah akan memberikan yang terbaik selama saya benar-benar berusaha dengan serius. Maka, saya memutuskan untuk mengambil tes Duolingo yang hasilnya bisa keluar lebih cepat dibandingkan TOEFL. Meskipun ini berarti saya harus mengeluarkan uang lagi, saya tetap yakin bahwa upaya ini adalah bagian dari ikhtiar yang Allah lihat dan nilai. Inilah yang dinamakan tawakkul, bukan hanya pasif terhadap keadaan, tetapi aktif mencari solusi yang masih dalam kendali saya sambil percaya kepada Allah. Prinsip ini sebenarnya sama dengan stoikisme yang juga menekankan fokus pada hal-hal yang bisa saya kendalikan, namun dengan tambahan dimensi spiritual yang penting kalau dalam tawakkul.


Dermaga dan Lautnya Saaronniemi, Turku, Finlandia

TanpaNya, Tidak Membayangkan akan Sebeku Apa Hati Ini

Poin yang paling penting di antara ribuan kata yang sudah saya tuliskan adalah bahwa pada akhirnya saya selalu berpikir keras dan berkata pada diri sendiri, "Ya Allah, kalau saja saya hidup tanpa mengenal-Mu, sungguh saya akan benar-benar tersesat di dalam kegelapan dan tidak tahu akan pergi ke mana. Bahkan, saya merasa lebih baik mati jika saya tidak bisa mengetahuiMu. Saya manusia penuh dosa, tetapi dengan sifat-Mu Yang Maha Sabar menghadapi hamba-Mu seperti ini, Engkau terus memberikan petunjuk untuk menjadikan saya seseorang yang setidaknya berubah, walaupun perubahan tersebut saya rasa ukurannya hanya seperti sebutir debu. Sifat-Mu Yang Maha Sabar dan segala petunjuk-Mu yang terus diberikan kepada saya sampai sekarang merupakan hadiah terbesar bagi saya, bahkan lebih berharga daripada sebuah berlian, bahkan nyawa saya."


Itulah kata-kata yang sering mengelilingi pikiran saya muncul. Adanya dzat-Nya memberikan makna hidup sepenuhnya. Saya memiliki alasan yang jelas untuk hidup, memiliki alasan yang jelas untuk menyayangi kedua orang tua saya, dan memiliki alasan yang jelas di setiap langkah saya. Saya sadar sedalam-dalamnya bahwa hidup di dunia ini seolah-olah hanyalah ilusi. Saya mengatakan demikian karena, tidak lain, jasad saya ini terdiri dari partikel-partikel kecil yang disebut atom. Saya yang asli adalah saya yang sedang berpikir ini dengan segala kesadarannya, dan mungkin saja ini berasal dari otak saya. Namun, ketika jasad saya meninggal pun, otak saya masih ada, dan yang hilang hanya fungsinya atau kesadarannya. Kesadaran inilah yang menjadi pertanyaan besar. Ke manakah kesadaran tersebut pergi? Tidak lain, satu-satunya yang menjadi harapan jawaban yang bisa saya dasarkan adalah beriman kepada-Mu.


Cocok Buat Duduk dan Merenung hehe


Apalagi, dengan keadaan sekarang, dunia yang penuh dengan ketidakadilan, terutama mereka yang bersembunyi dari kejujuran. Bagaimana mereka dapat diadili di dunia ini? Jawaban dan harapan satu-satunya adalah beriman kepada-Mu bahwa suatu saat nanti, hari pengadilan-Mu merupakan tempat seadil-adilnya sebuah pengadilan.


Itulah coretan salah satu cerita perjalanan saya di negeri orang. Tentunya, saya berharap bisa menulis lebih banyak lagi cerita perjalanan yang lebih bermakna di petualangan-petualangan selanjutnya. Semoga postingan ini bermanfaat bagi teman-teman Caravel semuanya. Sampai jumpa di postingan selanjutnya! 😊

No comments:

Post a Comment

Pages