Salam para petualang ilmu semuanya, Caraveler. Pernah mendengar tentang tes MBTI? Jika belum, kalian kehilangan salah satu metode bagus untuk memahami diri kalian sendiri. Tes ini bukan main-main, sangat populer dan sangat efektif. Tahukah kalian? Setiap orang memiliki karakteristik yang unik atau berbeda, tapi di balik semua perbedaan itu, teori ini memberikan petunjuk bahwa ada pola-pola tertentu untuk mengenal diri lebih dekat. Di postingan sebelumnya, mimin Caravel telah membahas Jelajahi Diri: Yuk, Temukan Siapa Kamu Sebenarnya!, tapi sekarang kita akan mendalami diri kita lebih jauh. Simaklah!
Apa itu MBTI?
Myers-Briggs Personality Type Indicator atau biasa disebut dengan MBTI adalah tes kepribadian yang membagi setiap individu ke dalam salah satu dari 16 tipe kepribadian yang ada. Ketika kita ingin mengambil tes ini, kita akan disediakan beberapa kuesioner yang dikembangkan pertama kali oleh Isabel Myers dan ibunya, Katherine Briggs. Kuesioner ini didasarkan pada teori Carl Gustav Jung tentang tipe kepribadian. Saat ini, tes kepribadian MBTI menjadi salah satu instrumen psikologi yang paling banyak digunakan. Namun, seperti yang kita ketahui, setiap teori pasti ada pihak yang membantahnya. Salah satu tokoh terkemuka yang membantah teori ini adalah psikolog klinis Jordan Peterson, yang menganggap tes ini sebagai pseudosains. Meski demikian, beberapa orang tetap menggunakan dan bahkan berargumen bahwa 16 tipe kepribadian ini bukanlah satu-satunya hal yang bisa kita perhatikan saja. Ada penjelasan lebih lanjut mengenai 8 fungsi kognitif yang memberikan detail dari setiap tipe kepribadian tersebut, yang merupakan fondasi dari teori 16 kepribadian oleh C. G. Jung ini. Jadi, perlu diingat bahwa teori C. G. Jung adalah dasar dari pembagian 16 kepribadian ini, dan dalam bukunya, beliau lebih menjelaskan tentang 8 fungsi kognitif.
4 Dikotomi dalam MBTI
Sebelum membahas lebih jauh tentang 4 dikotomi dalam MBTI, pertama-tama kita harus memahami terlebih dahulu apa makna dari dikotomi itu sendiri. Secara umum, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendefinisikan dikotomi sebagai pembagian atas dua kelompok yang saling bertentangan. Lebih jelasnya, dalam konteks MBTI ini, dikotomi yang dimaksud adalah adanya pasangan indikator yang berlawanan satu sama lain, yaitu Extraversion (E) vs. Introversion (I), Sensing (S) vs. Intuition (N), Thinking (T) vs. Feeling (F), dan Judging (J) vs. Perceiving (P). Berikut adalah penjelasan lebih lanjut dari setiap indikator tersebut.
1. Extraversion (E) dan Introversion (I)
Perbedaan antara introvert dan ekstrovert terletak pada kecenderungan untuk menyaring atau mengakumulasi. Seseorang dengan kepribadian introvert akan lebih cenderung menyaring informasi daripada mengakumulasinya, berbeda dengan seseorang yang ekstrovert. Fakta mengejutkan berdasarkan teori Carl Jung adalah bahwa setiap orang memiliki sisi introvert dan ekstrovertnya masing-masing. Seseorang yang memiliki perasaan ekstrovert juga memiliki sisi introvert dalam cara berpikirnya. Inilah yang akan kita bahas lebih lanjut di artikel ini dan lebih mendalam di artikel selanjutnya. Jadi, mulai sekarang, kita tidak bisa hanya melihat dari satu aspek saja bahwa seseorang benar-benar ekstrovert atau introvert.
Perlu diingat bahwa dalam MBTI ini, hasil tes dihitung dalam persentase, yang mana kita sebagai manusia tidak mungkin sepenuhnya introvert tanpa ada sisi ekstrovert-nya, dan sebaliknya. Di artikel selanjutnya, kita akan mempelajari kebalikan dari setiap fungsi kognitif serta kategorisasi introvert dan ekstrovert berdasarkan tipe judging dan perceiving. Yang terpenting sekarang adalah kita memahami secara dasar 4 dikotomi dari tes MBTI dan penjelasan 8 fungsi kognitifnya, sehingga nantinya akan mempermudah kita untuk mengenali apa itu ekstrovert dan introvert secara lebih mendalam.
2. Sensing (S) dan Intuition (N)
Dikotomi tipe kepribadian selanjutnya yaitu sensing dan intuition. Individu yang memiliki tipe kepribadian yang lebih cenderung ke sensing akan lebih sadar terhadap mendeteksi dan menerima stimulus dengan pancaindra. Sensing adalah hal yang berkaitan dengan penggunaan pancaindra atau dalam bahasa Indonesianya sensoris. Individu ini lebih cenderung praktis, realistis, dan mengandalkan pengalaman serta fakta-fakta. Sementara itu, individu yang cenderung lebih ke intuition akan lebih mengandalkan intuisinya. Mereka yang mengandalkan intuisi ini lebih suka mengumpulkan informasi melalui pola-pola, kemungkinan-kemungkinan, dan sangat berorientasi pada masa depan. Orang yang cenderung menggunakan intuisi lebih imajinatif, dan cenderung belum puas dengan fakta yang ada serta ingin melihat makna yang lebih dalam di balik fakta tersebut. Sederhananya, intuisi adalah kemampuan untuk memahami sesuatu tanpa terlalu membutuhkan atau mengandalkan pertimbangan secara sadar. Lebih jelasnya, individu yang fungsi dominannya intuisi akan lebih suka menguji segala sesuatu karena mereka tidak bisa langsung percaya atau lebih skeptis.
Sama halnya dengan poin sebelumnya, kita perlu memahami bahwa kedua aspek, sensing dan intuition, ada pada diri kita, tetapi yang membedakannya adalah kecenderungan kita menggunakan yang mana, dan itulah poin penting yang dibahas di sini.
3. Thinking (T) dan Feeling (F)
Dikotomi tipe kepribadian selanjutnya yaitu antara thinking dan feeling. Di sini kita melihat dari bagaimana individu tersebut membuat keputusan, apakah berdasarkan logika dan alasan atau emosi dan rasa khawatir terhadap perasaan orang lain. Perlu diingat lagi bahwa kita menggunakan kedua hal tersebut dalam memutuskan sesuatu, tetapi lebih cenderung yang mana.
Salah satu contoh sederhana, misalnya, guru yang menetapkan bahwa murid harus datang pukul 7 dengan aturan yang sudah disetujui oleh pihak guru dan siswa. Apabila ada salah satu siswa atau guru yang terlambat, maka tidak diperbolehkan masuk ke kelas, terkecuali bila ada alasan tertentu yang masuk akal dan siswa tersebut harus mengerjakan tugasnya secara mandiri. Inilah yang akan terjadi pada guru yang lebih memutuskan berdasarkan logika dan alasan. Sementara itu, berbeda halnya dengan guru yang menggunakan emosi dan rasa khawatir terhadap dirinya dan siswanya. Mereka lebih mempertimbangkan keharmonisan dalam hubungan keduanya. Jadi, jika ada siswa yang terlambat, guru yang lebih cenderung mempertimbangkan emosi akan lebih khawatir dan lebih toleran terhadap aturan yang sudah diterapkannya. Sekaku apa pun itu aturannya, bagi guru ini tetap berpendapat bahwa jiwa manusia kompleks dan tidak bisa terlalu kaku.
Intinya, guru yang lebih menggunakan logika akan terkesan lebih kaku tetapi memberikan pelajaran pentingnya untuk menjadi seseorang yang bijak dengan berkomitmen pada aturan yang sudah diterapkan dan disetujui bersama-sama. Sementara itu, berbeda halnya dengan guru yang lebih menggunakan emosi, di mana mereka lebih mempertimbangkan bagaimana keputusan yang diambilnya bisa berpengaruh pada perasaan siswa terlebih dahulu.
4. Judging (J) dan Perceiving (P)
Dikotomi kepribadian yang terakhir yaitu judging dan perceiving. Orang yang cenderung lebih ke judging akan lebih suka struktur, keteraturan, dan keputusan yang tetap. Misalnya, seseorang dengan tipe kepribadian yang cenderung lebih ke judging ketika ingin berlibur, individu ini lebih suka merencanakan terlebih dahulu dengan teratur dan menganggap bahwa dengan keteraturan tersebut, hal ini akan memudahkan dalam membuat keputusan nantinya.
Sebaliknya, dengan orang yang lebih cenderung ke perceiving, individu ini lebih menyukai spontanitas dan lebih fleksibel. Lebih jelasnya, individu ini beranggapan bahwa bahkan ketika kita merencanakan sesuatu pun, pada kenyataannya bisa saja berbeda dan di sinilah fleksibilitas diperlukan. Jadi, tipe kepribadian ini lebih dapat beradaptasi dengan mudah dan tidak terlalu kaku. Misalnya, ketika individu dengan tipe kepribadian ini ingin pergi berlibur, dia tidak akan terlalu banyak merencanakan secara spesifik apa yang akan dilakukan di tempat destinasi dan lebih suka dengan spontanitas. Apa saja hal yang menarik nanti, mereka akan memutuskannya di sana secara langsung.
8 Fungsi Kognitif dalam MBTI
Setelah memahami 4 dikotomi tipe kepribadian MBTI di atas, selanjutnya yang perlu kita pahami adalah teori 8 fungsi kognitif yang sebenarnya merupakan teori yang pertama kali muncul sebelum tipe kepribadian berdasarkan 4 dikotomi. Perumpamaannya seperti sebuah rumah yang terdiri atas ruangan-ruangan, dan inilah 4 dikotomi kepribadian. Sedangkan 8 fungsi kognitif ini lebih mirip bahan-bahan dasar untuk membangun ruangan tersebut, mulai dari bata, semen, batu, dan lainnya.
Penting sekali untuk memahami 8 fungsi kognitif ini karena jika kita hanya mengetahui 4 dikotomi tipe kepribadian tanpa mengetahui dasar 8 fungsi kognitif ini, maka kita cenderung akan menebak-nebak secara umum apakah individu ini ekstrovert atau introvert tanpa mengetahui bahwa dalam fungsi kognitif, ekstrovert dan introvert memiliki makna yang lebih luas. Masing-masing dari ke-8 fungsi kognitif ini memiliki aspek ekstrovert dan introvert. Misalnya, kita mengetahui bahwa kepribadian ENTJ merupakan tipe kepribadian yang ekstrovert, yang mana artinya mereka lebih menyukai berinteraksi dengan orang lain. Namun, pada kenyataannya, tidak sederhana seperti demikian karena jika kita menyelidiki dari fungsi kognitif, tipe kepribadian ENTJ ini memiliki sisi introvert juga dalam hal intuisi dan perasaan mereka. Apa maksudnya? Simak penjelasannya berikut.
1. Introverted Thinking (Ti)
Fungsi yang pertama yaitu introverted thinking, atau biasa disingkat dengan Ti. Sebelum membahas lebih jauh tentang fungsi kognitif ini, perlu diketahui bahwa fungsi kognitif Ti/Te ini lebih cenderung ke bagaimana kita membuat keputusan. Lebih spesifiknya, orang-orang dengan fungsi kognitif dominan Ti adalah para pemikir kuat, sangat analitis, dan senang dengan jalan pikiran mereka sendiri, dengan melihat apakah hal tersebut benar atau tidak benar. Fungsi kognitif ini sering dikaitkan dengan keakuratan dan kebenaran karena mereka berpikir dengan menyaringnya secara hati-hati, datang dari pemikiran dalam mereka bahkan sampai ke kesimpulan dari pemikiran mereka. Mereka sangat baik dalam menganalisis sistem yang kompleks dan mengidentifikasi struktur atau argumen yang datang kepada mereka. Fungsi ini sangat baik sekali dalam debat di mana logika benar-benar diutamakan untuk memenangkan sebuah argumen.
Namun, tentu saja ada kelemahannya. Karena fungsi kognitif ini berfokus pada pemikiran secara internal atau lebih fokus pada pemikiran diri sendiri, mereka sering kali kesulitan dalam mengomunikasikan ide-idenya kepada orang lain dengan efektif karena masih mempertimbangkan dampak aksinya terhadap emosi orang lain. Selain itu, fungsi kognitif Ti ini juga terkadang terlalu fokus menganalisis data dan informasi sampai mengabaikan pentingnya praktik atau aksi.
2. Extroverted Thinking (Te)
Fungsi kognitif kedua adalah extroverted thinking (Te). Fungsi kognitif ini biasa dihubungkan dengan individu yang lebih memilih untuk memproses informasi secara eksternal dan lebih mengandalkan pengetahuan-pengetahuan yang ada di luar atau sederhananya, mereka lebih fokus pada hal-hal yang praktis, efisien, berdasarkan persetujuan umum, dan masuk akal. Orang-orang dengan fungsi kognitif dominan Te akan lebih cenderung sangat teratur serta membuat keputusan dengan percaya diri dan cepat berdasarkan hasil analisis dari data-data yang sudah mereka kumpulkan. Inilah alasan mengapa individu yang dominan dengan fungsi kognitif Te lebih berorientasi pada tindakan.
Namun, tentu saja ada kelemahan dari fungsi kognitif Te ini, yakni terkadang mereka kesulitan dalam membahas topik yang lebih mendalam dan terkadang sampai masuk ke kesimpulan yang bisa saja benar atau salah. Selanjutnya, kelemahan dari individu yang memiliki fungsi kognitif dominan Te ini adalah terkadang mereka tidak mempertimbangkan dampak emosi dari tindakan mereka terhadap orang lain sehingga ini menjadi ancaman tersendiri bagi mereka dalam hal hubungan yang lebih pribadi sampai ke hubungan sosial secara umum. Fungsi kognitif ini, sama dengan Ti, masuk ke dalam kelompok pembuat keputusan.
3. Introverted Intuition (Ni)
Fungsi kognitif selanjutnya adalah introverted intuition (Ni). Fungsi kognitif ini lebih dikaitkan dengan seseorang yang lebih memilih untuk memproses informasi secara internal dan benar-benar memperhatikan pola-pola kejadian, kemungkinan, dan makna-makna tersembunyi di balik kejadian tersebut. Intuisi sering dimaknai sebagai kemampuan di mana seseorang memahami sesuatu tanpa memerlukan alasan logis pada momen tersebut. Namun, ini bukan berarti mereka hanya menebak-nebak; mereka mengambil pola-pola tersebut dari kejadian yang sudah dialami di masa lalu secara spesifik.
Misalnya, ketika kita berbicara dengan seseorang dan kemudian kita mengetahui dengan pasti tentang orang tersebut. Di sini, yang kita garis bawahi adalah 'yang kita harapkan', di mana hal ini sudah terbentuk dari pengalaman yang kita dapatkan di masa lalu. Mungkin saja kita pernah berbicara dengan seseorang di masa lalu dengan gestur, kontak mata, atau hal-hal spesifik lainnya yang membuat kita secara tidak sadar menginterpretasikan bahwa orang tersebut menarik bagi kita. Namun, seseorang dengan fungsi kognitif dominan Ni akan mengalami kesulitan ketika ingin mengomunikasikan firasatnya secara konkrit. Biasanya, ujaran yang dilontarkannya adalah seperti "Saya tahu ini akan terjadi seperti begini, tapi entahlah, saya tidak bisa menjelaskannya secara logis karena bisa saja ini salah, tetapi nyatanya benar juga". Fungsi kognitif ini termasuk ke dalam fungsi menanggapi.
4. Extroverted Intuition (Ne)
Fungsi kognitif berikutnya adalah Extroverted Intuition (Ne). Fungsi kognitif ini dikaitkan dengan individu yang cenderung menanggapi informasi dari luar dengan mempertimbangkan berbagai kemungkinan. Individu dengan fungsi kognitif ini sering kali bertanya "Bagaimana jika..." sehingga mereka cenderung lebih skeptis dalam hal keyakinan. Namun, di sisi lain, mereka sering kali kesulitan untuk fokus dan mengikuti satu informasi serta memprosesnya secara mendalam, seperti yang terjadi pada fungsi kognitif Ni, yang merupakan kebalikan dari Ne.
Sederhananya, jika dibandingkan antara fungsi Ne dan Ni, fungsi kognitif Ne cenderung mengetahui sedikit dari banyaknya informasi yang mereka tanggapi. Namun, mereka masih cukup mudah mengomunikasikan informasi tersebut beserta berbagai kemungkinannya kepada orang lain, meskipun pada akhirnya mereka mungkin kesulitan dalam membuat kesimpulan. Di sisi lain, fungsi kognitif Ni cenderung memahami secara mendalam sedikit informasi yang mereka tanggapi, tetapi mereka kesulitan mengomunikasikan pemahaman tersebut kepada orang lain dan sering kali mengalami hambatan dalam hal ini. Namun, kelebihannya adalah mereka lebih cenderung mudah membuat kesimpulan dibandingkan dengan fungsi kognitif Ne.
Perlu diingat, kita memiliki kedua fungsi ini dan bisa mengembangkannya. Jika seseorang lebih dominan dengan fungsi kognitif Ne, bukan berarti mereka tidak memiliki fungsi kognitif Ni sama sekali, karena ini semua adalah masalah persentase atau kecenderungan.
5. Introverted Sensing (Si)
Setelah membahas fungsi kognitif Thinking dan Intuition, selanjutnya adalah fungsi kognitif yang berkaitan dengan sensasi atau penggunaan alat indra, yaitu Introverted Sensing atau biasa disebut dengan Si. Seseorang yang dominan dengan fungsi kognitif Si cenderung mengandalkan alat indra dalam menanggapi informasi dari luar. Secara umum, fungsi kognitif ini mirip dengan Extroverted Sensing (Se), tetapi perbedaannya terletak pada cara Si menyaring informasi yang datang dari luar melalui alat indra. Mereka menyaring informasi tersebut berdasarkan nilai atau interpretasi pribadi mereka.
Sederhananya, orang dengan fungsi kognitif Si akan memaknai secara personal apa yang mereka observasi. Misalnya, ketika seseorang mendesain kamarnya sendiri dengan desain yang sederhana, mirip dengan kamar-kamar pada zaman Perang Dunia. Mungkin kita yang memiliki fungsi Extroverted Sensing akan menganggap hal ini aneh atau bahkan ketinggalan zaman. Namun, yang perlu diperhatikan di sini adalah bahwa orang tersebut memiliki sensasi yang lebih personal dibandingkan dengan kita karena mereka menyaring apa yang menurut mereka bernilai.
Itulah salah satu contoh dari fungsi kognitif Si. Tentunya, setiap individu yang memiliki fungsi kognitif Si akan memiliki sensasi kuat yang berbeda-beda. Misalnya, Si A dengan fungsi kognitif Si mungkin memiliki preferensi untuk mendesain kamarnya dengan gaya zaman Perang Dunia, sedangkan Si B lebih memperhatikan kesederhanaan ruangannya dengan desain kayu. Meskipun mungkin terdengar aneh, inilah cara mereka yang memiliki sensasi kuat dalam menanggapi informasi dari luar melalui pancaindranya.
6. Extroverted Sensing (Se)
Fungsi kognitif Se, atau yang biasa disebut dengan extroverted sensing, merupakan kebalikan dari fungsi kognitif Si. Jika fungsi kognitif Si lebih condong pada penyaringan objek berdasarkan kualitasnya, maka seseorang dengan fungsi kognitif Se yang dominan cenderung lebih menyukai memperluas atau mengakumulasi objek dan lebih fokus pada kuantitas daripada kualitas. Untuk memudahkan pemahaman tentang fungsi kognitif ini, bayangkan ada dua teko yang mirip. Dari sudut pandang Si, seseorang akan menyaring atau memilih teko yang sesuai dengan nilai mereka, dalam hal ini, mereka berfokus pada kualitas teko tersebut. Sebaliknya, fungsi kognitif Se yang dominan akan lebih fokus pada kenyataan bahwa kedua teko tersebut berbeda dan memiliki karakteristik yang unik, sehingga mereka ingin mengakumulasi keduanya.
Contoh lain yang lebih nyata dalam kehidupan adalah kekuasaan. Orang yang dominan fungsi kognitifnya Se memiliki dorongan kuat untuk selalu berada dalam kompetisi. Sebagai perbandingan, seperti dalam dunia binatang, sekawanan hyena berburu rusa dengan kekuatan kelompok mereka. Namun, ketika seekor singa datang, hyena-hyena tersebut akhirnya mundur dan meninggalkan hasil buruannya. Di sini, kita melihat bahwa fungsi kognitif Se melihat akumulasi kekuatan dari objek tersebut. Dalam hal ini, singa dianggap lebih kuat karena tubuhnya yang lebih besar serta kuku dan taringnya yang lebih tajam untuk mencabik lawan. Fungsi kognitif Se yang dominan ini mungkin terdengar menakutkan, perlu dipahami bahwa individu dengan fungsi kognitif ini memiliki pola pikir seperti seorang survivor atau pejuang hidup.
7. Introverted Feeling (Fi)
Fungsi kognitif selanjutnya berkaitan dengan perasaan. Ternyata, perasaan juga dapat cenderung lebih ke arah ekstrovert atau introvert. Fungsi kognitif Fi atau introverted feeling adalah bagaimana seseorang menyaring perasaan terhadap dirinya sendiri atau bahkan terhadap orang lain. Individu yang lebih cenderung menggunakan fungsi kognitif Fi ini lebih reflektif terhadap diri mereka dan perasaan orang lain. Kata-kata yang sering muncul dalam pikiran mereka, seperti "Apakah mereka menyukainya?", "Apakah mereka menyukai saya?", "Apakah mereka mempunyai niat yang buruk atau baik?". Intinya, fungsi kognitif ini lebih peduli terhadap menjalin hubungan yang lebih intim dan komunikasi dengan orang lain yang lebih selektif, jujur, serta individu ini lebih merasakan apakah hubungan itu hanya sebatas teman, sahabat, atau jika dengan lawan jenis lebih dari sahabat. Istilah lain yang biasa kita kenal dari fungsi kognitif ini adalah kemampuan intrapersonal. Individu dengan fungsi kognitif ini lebih sensitif dan memiliki sifat empati yang sangat tinggi karena mereka tahu bagaimana rasanya terluka.
8. Extroverted Feeling (Fe)
Fungsi kognitif yang terakhir adalah extroverted feeling (Fe). Individu yang memiliki fungsi kognitif dominan extroverted feeling cenderung mengakumulasi perasaan dirinya dan, terutama, perasaan orang lain. Alhasil, mereka lebih cenderung menjadi seseorang yang memiliki empati sangat tinggi dan merefleksikan akumulasi perasaan yang mereka dapatkan. Tidak seperti fungsi kognitif Fi, yang menyaring perasaan dan lebih bersifat intrapersonal, fungsi kognitif Fe lebih mengakumulasi perasaan atau, biasanya, disebut dengan interpersonal. Berlawanan dengan fungsi kognitif Te dalam hal judging, yang mengakumulasi data fakta, fungsi kognitif Fe lebih fokus pada mengakumulasi perasaan. Seseorang dengan fungsi kognitif dominan Fe akan lebih peka terhadap berbagai perasaan dan menghargainya, hal ini menyebabkan mereka mempunyai empati yang sangat tinggi karena mereka tahu persis bagaimana rasanya sedih, bahagia, bingung, dan emosi lainnya. Intinya, fungsi kognitif ini berorientasi pada harmoni, baik bagi individu maupun kelompok.
Analogi yang tepat untuk fungsi kognitif ini adalah seperti nada lagu do re mi fa so la si do, yang masing-masing memiliki karakteristiknya sendiri dan, jika digabungkan dengan baik secara acak maupun berurutan, akan menjadi harmoni yang indah. Seseorang dengan fungsi kognitif ini melihat emosi seseorang, termasuk dirinya sendiri, dengan cara yang sama. Namun, ada juga kelemahan dari fungsi kognitif ini, yaitu individu ini terkadang mudah kewalahan jika berbagai emosi datang sekaligus, terlalu khawatir terhadap apa yang orang lain pikirkan tentang dirinya, dan ketika dihadapkan dengan sebuah keputusan, mereka cenderung lebih memikirkan bagaimana keputusan tersebut akan memengaruhi emosi orang lain. Hal ini berbeda dengan fungsi kognitif Te dalam hal judging, yang lebih cenderung mengambil sisi logika hitam-putih tanpa terlalu memperdulikan emosi orang lain, asalkan keputusan tersebut dianggap benar. Ini tentunya menjadi kelemahan bagi individu dengan fungsi kognitif Fe. Jika logika tidak diprioritaskan, mereka akan membuat keputusan berdasarkan prioritas emosi daripada logika. Perlu diingat bahwa ini adalah masalah prioritas, bukan berarti individu dengan fungsi kognitif dominan Fe tidak memiliki sisi Te sama sekali, melainkan ini adalah masalah kecenderungan.
Kaitan antara Dikotomi dan Fungsi Kognitif dalam MBTI
Poin paling penting dari artikel ini adalah ketika kita berbicara tentang tes MBTI, kita tidak bisa hanya mengandalkan empat dikotomi saja. Kita juga harus memahami fungsi kognitif dari masing-masing dikotomi tersebut. Jika kita tidak mengetahui urutan fungsi kognitif dari keempat dikotomi itu, maka kita hanya menebak-nebak tanpa dasar penjelasan yang lebih spesifik. Inilah mengapa tes MBTI sering dianggap sebagai pseudosains, karena banyak orang hanya menebak-nebak berdasarkan empat dikotomi tanpa memahami delapan fungsi kognitif yang mendasarinya.
Hal selanjutnya yang perlu diketahui mengenai kaitan antara empat dikotomi dan delapan fungsi kognitif dalam tes MBTI adalah bahwa setiap tipe kepribadian memiliki urutan empat fungsi kognitif. Misalnya, individu dengan tipe kepribadian ENTJ memiliki urutan fungsi kognitif Te-Ni-Se-Fi. Ini akan dibahas lebih lanjut di postingan-postingan berikutnya. Mimin Caravel akan membahas setiap tipe kepribadian MBTI beserta urutan keempat fungsi kognitifnya, sehingga kita bisa lebih memahami pola pikir dan perilaku kita secara mendalam.
Referensi
Cherry, K. (2023). Myers-Briggs Type indicator: The 16 personality types. Verywell Mind. https://www.verywellmind.com/the-myers-briggs-type-indicator-2795583
Drenth. (n.d.). Extraverted feeling (fe): A closer look. Personality Junkie. https://personalityjunkie.com/03/extraverted-feeling-fe/
Johnson, M., & Hawks, D. (2023). Thinking vs. feeling mbti | definition & examples. Study.com. https://study.com/academy/lesson/thinking-vs-feeling-in-myers-brigg-lesson-quiz.html#:~:text=Thinking personality types will prefer to weigh decisions by logically,consider emotions when making decisions.
Myers & Briggs Foundation. (2023). Why learn about personality type?. MBTI Personality Type Works Because It Shows Your Value. https://www.myersbriggs.org/my-mbti-personality-type/why-learn-type/
Parmar, P. K. (2023). Myers-Briggs Type Indicator (MBTI): Assumptions, dichotomies and Application. GeeksforGeeks.https://www.geeksforgeeks.org/myers-briggs-type-indicator-mbti-assumptions-dichotomies-and-application/
Ryan, & Mara. (2022). 7 differences between Ne and ni users. Practical Typing. https://practicaltyping.com/2020/02/24/7-differences-between-ne-and-ni-users/
World Socionics Society. (2022). Extroverted Feeling - Fe - Emotions - Explained Correctly [Video]. YouTube. https://www.youtube.com/watch?v=g2Ipifp-TGk&t=601s
World Socionics Society. (2022). Introverted Feeling - Fi - Relations - Explained Correctly [Video]. YouTube. https://www.youtube.com/watch?v=IhYP8jMdsHw&t=409s
World Socionics Society. (2022). Extroverted iNtuition - Ne - Ideas - Explained Correctly [Video]. YouTube. https://www.youtube.com/watch?v=F4vDJZf47c0
World Socionics Society. (2022). Introverted iNtuition - Ni - Telos - Explained Correctly [Video]. YouTube. https://www.youtube.com/watch?v=GAFLwnwigpY
World Socionics Society. (2022). Extroverted Sensing - Se - Force - Explained Correctly [Video]. YouTube. https://www.youtube.com/watch?v=udAsLI6haPU&t=789s
World Socionics Society. (2022). Introverted Sensing - Si - Senses - Explained Correctly [Video]. YouTube. hhttps://www.youtube.com/watch?v=CMckmy3ve6g&t=557s
World Socionics Society. (2022). Extroverted Thinking - Te - Pragmatism - Explained Correctly [Video]. YouTube. https://www.youtube.com/watch?v=dtgYyHmY7bw&t=1s
World Socionics Society. (2022). Introverted Thinking - Ti - Laws - Explained Correctly [Video]. YouTube. https://www.youtube.com/watch?v=7Ej4d4mYq7U
No comments:
Post a Comment