Semester 3 tiba! di semester ini tak kalah menantangnya dengan semester sebelumnya, Semangat Baru, Yosh! Semakin Berkobar di Semester 2, bahkan banyak hal yang dapat saya ceritakan. Saya semakin serius dalam menggeluti dunia akademik dan tentunya saya tidak hanya diam saja, tetapi juga aktif mempelajari secara mendalam terhadap bidang yang saya tekuni ini. Jika saya amati, secara keseluruhan semester ini, saya baru mulai memahami sepenuhnya dunia akademik yang sebenarnya. Apa maksudnya? Di sini saya mulai berkenalan dengan tugas membaca jurnal ilmiah dan melakukan observasi lapangan, khususnya observasi di sekolah. Selanjutnya, saya akan menuliskan tantangan-tantangan mata kuliah serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari saya.
Observasi Lapangan Mata Kuliah Pengelolaan Pendidikan |
Mata Kuliah yang Semakin Terasa Menantang
Setelah dua semester berlalu, mata kuliah di semester 3 ini sungguh menantang, terutama beberapa mata kuliah seperti Foundation of Functional Grammar (FFG), Intercultural Communication, dan lagi-lagi salah satu mata kuliah elektif semester 5 yang saya ambil, yaitu Digital Literacy. Semua mata kuliah sebenarnya menantang, tetapi ketiga mata kuliah ini memberikan saya pemahaman baru, bahkan saya menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pertama, mata kuliah FFG benar-benar membuat saya kewalahan memahaminya, sampai-sampai saya berinisiatif mengambil salah satu kursus tentang functional grammar di Udemy. Setidaknya saya mengerti bahwa dalam mata kuliah ini saya benar-benar ditantang untuk menganalisis tata bahasa yang bukan hanya sekedar tenses saja, tetapi bagaimana mata kuliah ini sangat erat hubungannya dengan sintaksis, semantik, dan pragmatika. Selain itu, di sini juga saya menemukan pentingnya fungsi dari setiap kosakata yang mana dapat mempengaruhi perilaku dan membentuk interaksi sosial dalam konteks tertentu. Misalnya, salah satu penggunaan theme dan rheme yang membuat saya sadar terhadap pentingnya mengetahui konteks dalam sebuah kalimat.
Selain itu, dalam mata kuliah Intercultural Communication, saya juga belajar untuk pertama kalinya tentang teori identitas, dan di sini pula saya mulai membaca jurnal-jurnal penelitian dengan bahasanya yang sangat rumit. Menariknya, teori identitas ini membuat saya lebih sadar bahwa saya sendiri, dengan konteks di mana saya berada, dan sebagai siapa, serta ingin dikenal sebagai apa, semuanya perlu diimplementasikan melalui sebuah aksi, dan hasilnya nanti akan membentuk identitas saya sendiri. Menarik bukan? Inilah yang saya rasakan dari dunia perkuliahan ini, yaitu memperdalam hal-hal sepele seperti ini.
Bersambung dengan mata kuliah Digital Literacy, yang mengajarkan saya tentang pentingnya membangun reputasi secara digital, yang mana erat hubungannya dengan dua mata kuliah sebelumnya yang sudah saya jelaskan. Bahkan di sini, saya mempelajari konsep dasar multimodality, di mana komunikasi tidak hanya disampaikan melalui teks saja, tetapi dalam berbagai modes seperti visual, spatial, tactiles, dan sebagainya.
Konferensi Akademik SIEC 2018 |
Pertama Kalinya Menghadiri Konferensi Akademik
Sebelum memasuki semester 3, saya masih ingat bahwa pada saat itu ada pemberitahuan bahwa untuk persyaratan sidang skripsi, mahasiswa diharuskan mengikuti salah satu konferensi akademik. Pada saat itu, semua mahasiswa yang berpartisipasi dalam acara ini harus membayar sebesar Rp600.000. Saya benar-benar keberatan karena keadaan keuangan yang sangat terbatas, namun saya harus mengikuti acara ini karena merupakan salah satu persyaratan untuk skripsi nanti. Saya tidak begitu mengerti apa yang dimaksud dengan konferensi akademik ini dan apa tujuannya. Namun, pada akhirnya saya menghadiri acara tersebut dan ternyata acara ini sangat bermanfaat untuk mendiskusikan hal-hal yang berkaitan dengan jurusan saya. Di saat yang bersamaan, saya merasa masih belum ada apa-apanya dibandingkan dengan mereka yang sudah benar-benar ahli dalam bidangnya.
Di sini, saya terinspirasi untuk menggali lebih dalam, terutama ketika saya mengajukan pertanyaan tentang hal yang berkaitan dengan listening, di mana saya baru saja mempelajari konsep visual imagery dan bagaimana hal ini dapat membantu mengembangkan kemampuan mendengar kita dalam bahasa Inggris.
Di konferensi akademik ini, saya melihat bahwa masih banyak hal yang harus saya pelajari dan perbaiki dari diri saya agar menjadi lebih ahli dalam bidang yang saya tekuni ini. Di sinilah semangat saya semakin berkobar untuk mempelajari secara independen dan tidak hanya bergantung pada kelas di kampus saja. Ketika saya menerima penghargaan di konferensi akademik ini, saya bahkan semakin yakin bahwa ini adalah awal yang baik bagi saya ke depannya.
Setelah saya merenungkan kembali, ternyata Rp600.000 yang saya habiskan sepadan dengan ilmu dan fasilitas yang saya dapatkan karena acara tersebut diadakan di hotel dengan berbagai hidangan yang tidak kalah lezatnya. 😁 Sungguh, ini merupakan pengalaman pertama bagi saya menghadiri acara akademik besar seperti ini. Selain itu, saya juga mendapatkan pemahaman baru bahwa jurnal-jurnal yang telah saya baca di salah satu mata kuliah dipresentasikan hasil publikasi risetnya di sini.
Kosan Baru |
Pindah Kosan karena Masalah Koneksi Internet
Setelah satu tahun tinggal di Kota Tasik, kosan pertama ini semakin tidak nyaman bagi saya karena terdapat permasalahan koneksi internet di tempat tersebut. Sejujurnya, pada waktu itu saya ingin tetap tinggal di sana karena biaya bulanan yang harus saya bayarkan hanya sekitar Rp320.000, cukup murah bukan? Ya, meskipun fasilitasnya terbatas dengan hanya dapur dan toilet umum, serta ruang kosannya cukup kecil, namun saat itu sudah cukup bagi saya karena keadaan yang memaksa saya untuk tinggal di sana. Selain itu, tempat itu sudah cukup nyaman bagi saya juga.
Permasalahan koneksi internet di sana bukan disebabkan oleh jeleknya sinyal, tetapi karena ada beberapa informasi bahwa salah satu penghuni telah melakukan tindakan yang menyebabkan internet menjadi lambat bagi beberapa tetangga saya. Hal ini cukup disayangkan karena akhirnya saya pun harus pindah tempat tinggal. Intinya, saya benar-benar bergantung pada internet untuk sumber pembelajaran dan hal penting lainnya.
Singkatnya, saya merencanakan untuk pindah ke tempat kosan yang baru dengan biaya yang lebih besar, sekitar Rp500.000. Ibu saya membantu membayar kosan pertama saya, namun untuk kosan yang baru, beliau menyarankan saya untuk lebih berhati-hati dalam mengelola uang karena biaya tersebut cukup besar. Pada momen tersebut, saya menyadari betapa sulitnya mengelola pengeluaran uang baru ini jika saya berada di posisi ibu saya. Oleh karena itu, di semester ini saya memutuskan untuk mencari pekerjaan sampingan selain kuliah dan berorganisasi. Saat itu, saya merasa bingung dan terpukul karena saya merasa masih menjadi beban bagi ibu saya.
Jauh sebelum itu, saya sempat mendapatkan permintaan untuk mengajar bahasa Inggris kepada salah satu anak dari pemilik kosan pertama saya, meskipun pada saat itu saya belum merasa siap karena masih berada di semester 2 dan kepercayaan diri dalam mengajar juga masih kurang. Jadi, saya menolaknya.
Namun, hikmah terbesar dari tekanan besarnya biaya ini membuat saya sadar bahwa saya harus memanfaatkan peluang sebaik mungkin karena tidak ada yang tahu apakah peluang tersebut masih akan ada di hari esok dan mulai untuk menerima beberapa tawaran mengajar. Akhirnya, saya pun menerima peluang mengajar yang saya dapatkan dari teman saya. Setidaknya, dari penghasilan mengajar ini, saya bisa membantu menutupi sebagian biaya bulanan kosan. Meskipun perjalanan ini penuh dengan perjuangan dan tantangan, saya merasa tumbuh dalam pola pikir bahwa ini adalah kenyataan hidup saya, bahwa saya harus berjuang dari awal karena dilahirkan dari keluarga yang kurang secara finansial. Saya percaya bahwa Allah menguji saya dengan segala hikmah di dalamnya, dan selama perjalanan ini, saya selalu menemukan pelajaran yang membuat saya lebih memahami dan menghargai hidup sepenuhnya.
Bertemu Sejenak dengan Pak Faizal dan adik kelas saya |
Bertemu Kembali dengan Salah Satu Guru yang Sangat Berjasa
Sorotan selanjutnya, dengan kejadian yang begitu tak terduga, saya tak pernah menyangka bahwa saya akan bertemu dengan salah satu guru saya dari masa SMK yang telah membantu saya memasuki dunia perkuliahan. Awalnya, saya sedang menelusuri kontak WhatsApp saya dan menemukan nama Pak Faiz, yang kontaknya masih tersimpan karena saya menyimpannya di Google Contact. Saya pun mencoba menghubunginya untuk menanyakan kabarnya dan mengetahui di mana beliau berada saat ini. Ternyata, beliau masih sering mengunjungi Kota Tasikmalaya, dan kebetulan pada minggu tersebut beliau berencana berkunjung lagi. Kami pun merencanakan pertemuan di Asia Plaza. Beliau yang memperkenalkan saya pada program Bidikmisi, SNMPTN, dan SBMPTN. Tanpa bantuan beliau, mungkin saya tidak akan memiliki pemahaman apa pun tentang proses masuk perguruan tinggi. Terlebih lagi, melihat beliau melakukan perjalanan ke beberapa negara di Eropa, itu memberi saya semangat bahwa suatu saat nanti saya juga bisa melakukan hal serupa. Singkatnya, dalam pertemuan singkat kami di Asia Plaza ini, saya hanya ingin menyampaikan rasa terima kasih atas segala bantuannya, karena berkat beliau saya sekarang bisa melanjutkan pendidikan saya ke jenjang yang lebih tinggi.
Ini merupakan pelajaran besar bagi saya bahwa saya tidak hidup seorang diri, dan yang perlu saya lakukan adalah bertemu dengan orang-orang yang tepat dan dapat mendukung saya mencapai tujuan. Saya bahkan sering membayangkan bagaimana skenario terbaik ini bisa terjadi, karena saya dulu tidak memiliki keyakinan pada diri sendiri sebagai seorang anak kampung yang tidak memiliki pengetahuan, bahkan sulit untuk memiliki laptop. Saya dulu hidup dalam ketakutan dan kekhawatiran akan masa depan saya, sehingga melakukan berbagai tindakan yang saya percaya dapat membawa saya menuju tujuan, meskipun tentu saja tidak mudah dan banyak pengorbanan yang harus saya lakukan. Sampai saat ini, saya masih sulit percaya, dan saya merasa terharu melihat bagaimana Allah menemani saya, bukan hanya melalui usaha saya sendiri, tetapi juga melalui perantara dari orang-orang lain. Saya hanya dapat berdo'a semoga beliau, yang telah membantu saya memasuki dunia perkuliahan, diberi pahala yang setimpal. Saya mencantumkan namanya di sini karena beliau adalah salah satu tokoh pendidik yang wajib saya apresiasi, karena telah menjadi bagian cerita dari perjalanan hidup saya keluar dari masa lalu yang kelam.
Berfoto dengan Bapakke di SMPN 1 Sukarame |
Awal Mula Bertemu dengan Bapakke, Mr. Nanak
Selnajutnya, bagian yang menjadi sorotan utama untuk saya, yaitu ketika saya pertama kali bertemu dengan salah satu dosen yang pada akhirnya akan menjadi jembatan saya dari kuliah S1 menuju S2. Lihatlah, rencana Allah memang luar biasa, mengirimkan saya seseorang selanjutnya yang begitu istimewa. Singkatnya, saat pertama kali saya bertemu dengan beliau, saya sedang menjabat sebagai Language Ambassador di kampus saya, dan saya diminta oleh Pak Yusuf untuk bertemu dengan salah satu dosen baru di UPT bahasa yang merupakan lulusan dari University of Edinburgh, salah satu universitas terkemuka di Inggris. Pada saat itu, di lubuk hati saya, saya mulai merasakan kemajuan yang signifikan di semester 3 ini, karena bertemu dengan seseorang seperti beliau bukanlah hal yang mudah bagi saya. Yang membuat saya terkesan saat itu adalah bagaimana beliau berbicara dalam bahasa Inggris. Saya sama sekali tidak berharap bahwa saya akan menjadi asistennya suatu saat nanti.
Beberapa minggu kemudian, saya melihat pengumuman proyek pengajaran bahasa Inggris di daerah Sukaraja di Instagram EBAC. Awalnya, saya tidak terlalu tertarik karena sudah lelah dengan pekerjaan paruh waktu saya saat itu, tetapi kemudian saya memikirkannya lagi bahwa mungkin ini bisa menjadi sumber penghasilan tambahan jika saya lolos seleksi. Singkatnya, saya memutuskan untuk mendaftar dan mengirimkan beberapa berkas melalui email, dan akhirnya saya dipanggil untuk wawancara dan dinyatakan lulus beberapa minggu kemudian. Saya sangat bahagia sekali mengikuti proyek pengajaran ini, meskipun saya belum memiliki pengalaman mengajar di sekolah sebelumnya. Perasaan campur aduk benar-benar saya rasakan. Terlepas dari itu semua, proyek ini akan dimulai pada semester baru dan tahun 2019. Seperti yang dapat dilihat, saya mulai merasakan kemajuan dalam hidup saya yang lebih jelas. Saya benar-benar merasakan pertumbuhan ini dan yakin bahwa saya berada di jalur yang benar.
Stasiun Radio Martha 101.3 FM |
Diundang Jadi Narasumber di Radio Martha 101.3 FM
Terakhir namun tak kalah menariknya, saya mendapat undangan untuk menjadi narasumber di sebuah stasiun radio di Tasik. Awalnya, salah satu teman saya dari komunitas Couchsurfing meminta saya untuk berbicara tentang topik traveling, padahal saat itu saya belum pernah bepergian ke mana pun. Namun, saya memiliki pengalaman sebagai pemandu lokal di kampung halaman saya dan telah menerima lebih dari 50 tamu dari luar negeri. Jadi, saya berbagi tentang pengalaman tersebut dan bagaimana saya bergabung dengan komunitas Couchsurfing, yang memungkinkan saya untuk berbicara bahasa Inggris dengan lancar karena sering berinteraksi dengan tamu asing.
Namun, saya sama sekali tidak menyangka karena ini merupakan pertama kalinya saya diundang untuk menjadi pembicara di sebuah stasiun radio. Parahnya, saya belum terbiasa menggunakan bahasa Indonesia karena sehari-hari saya sering menggunakan bahasa Sunda. Saya merasa kurang percaya diri saat itu, namun akhirnya saya berhasil melaluinya. Hal ini menjadi momen refleksi bagi saya tentang pentingnya kemampuan berbicara dalam bahasa Indonesia. Orang Indonesia sendiri tidak selalu mahir berbahasa Indonesia karena negara ini memiliki beragam bahasa lokal, termasuk bahasa Sunda di daerah saya. Saya lebih terbiasa menggunakan bahasa Sunda sejak kecil daripada bahasa Indonesia. Bahkan ketika saya menggunakan bahasa Indonesia, saya merasa tidak nyaman karena khawatir terlihat sok-sokan. Namun, saat itu saya menyadari pentingnya berlatih berbicara bahasa Indonesia dengan teman-teman saya sehari-hari, meskipun itu terasa aneh dan tidak biasa bagi saya.
Itulah beberapa sorotan yang terjadi di semester 3 ini, di mana semuanya mulai terlihat perkembangan yang sebelumnya belum pernah saya alami di semester 2. Pada akhirnya, saya menemukan hal-hal baru di semester 3 ini. Semoga cerita ini juga bermanfaat bagi teman-teman Caravel, dan sampai jumpa di postingan selanjutnya! 😁
No comments:
Post a Comment