Berakit-rakit dahulu, berenang kemudian. Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian. Itu mungkin pepatah yang memang saya alami saat ini. Sudah tidak terasa, setelah di postingan sebelumnya, Sambutan Indah di Awal Umurku yang ke-22: Perjalanan Menuju Negeri Cokelat, saya sempat menjelaskan bagaimana perjalanan dari Indonesia sampai ke Belgia. Pada akhirnya, saya tidur untuk pertama kalinya di sebuah apartemen di salah salah satu negara yang ada di Eropa. Lebih jelasnya, di artikel ini, saya akan menuliskan pengalaman saya bagaimana perjalanan saya ke tempat di mana saya melakukan magang selama 2 bulan ini. Tentunya, saya akan ada merefleksikan apa saja pelajaran yang sudah saya dapatkan selama dalam perjalanan menuju kantor Public Advice (PA) Europe tersebut.
Pagi Pertama di Eropa |
Persiapan Sebelum ke Kantor
Suasana pagi hari menyambut. Saya benar-benar tertidur lelap sekali dikarenakan saya benar-benar lelah dari aktivitas kemarin dan berjam-jam di pesawat sebelumnya. Ketika saya membuka jendela, saya masih merasa tidak percaya dan saya sungguh melihat indahnya pagi hari itu. Saya tidak percaya seolah-olah saya sedang bermimpi, tetapi ini memang nyata. 😅Selanjutnya, saya membereskan tempat tidur dan sebelum pergi ke kantor, saya biasanya melakukan beberapa aktivitas lainnya juga sebagai berikut:
1. Sarapan Pagi
Biasanya, saya pergi ke dapur terlebih dahulu untuk sarapan. You know what, selama di sini, saya sarapan bukan dengan nasi lagi, tetapi bahan yang masih mentah yang biasa dimasak untuk membuat Pasta. 😆 Biasanya, saya merebusnya, kemudian saya tiriskan mie tersebut dan saya berikan Saus Pasta. Selain itu, makanan lainnya yang menemani pagi saya terkadang ada perkedel buatan saya sendiri juga. Saya mencampur perkedelnya dengan sosis ayam kalkun. Ini adalah salah satu makanan Indonesia yang bisa saya buat di sana. Bisa dikatakan, makanan di sana kebanyakan semuanya hambar-hambar atau tasteless, tetapi yang saya suka adalah makanannya yang lebih terjamin kehigienisannya dan ketika di sini, saya juga benar-benar sudah hampir lupa dengan makanan pedas level orang Indonesia. 😆 Level pedas untuk orang-orang yang tinggal di sini sangat berbeda dengan orang-orang Indonesia termasuk saya yang memang sudah menjadi penggemar makanan pedas dari dulu. Kebanyakan dari mereka tidak terlalu suka dengan makanan-makanan yang super pedas level orang-orang Indonesia.
Ini Gambar dari Unplash, Kurang Lebih Begini. Ngerti lah ya. 😂 |
2. Mandi
Seterusnya, sesudah sarapan pagi, saya langsung mandi. Lucunya, ketika pertama kali saya masuk ke mandinya, di dalamnya hanya terdapat tissue dan tidak ada selang untuk bersih-bersih, di sana, saya benar-benar harus memakai tissue. 😂 Lebih lucunya lagi, setelah keluar kamar mandi, saya membawa botol berisi air dan kembali lagi ke kamar mandi untuk bersih-bersih lagi, you know what I mean. Ini menjadi hal yang bisa dibilang culture shock buat saya, tetapi inilah fakta yang akan kalian temukan jika sedang berada di luar negeri, beberapa negara yah, tidak semuanya. 😏 Intinya, saya membagikan pengalaman saya di sini supaya kalian tahu jika nanti beberapa dari kalian ke luar negeri, setidaknya sudah mengetahui bahwa menemukan kamar mandi seperti di Indonesia akan jauh lebih menantang. Contoh kecil lainnya, yaitu beras. Di negara kita, beras berasa menjadi makanan yang mudah ditemui dan dapat dibeli kiloan, tetapi di sini beras kebanyakan dipajang di toko-toko dan sudah diberi cover berupa box layaknya makanan-makanan elite lainnya. 😆 Kalau di kita, apalagi di kampung saya, tinggal membeli kiloan saja ke penjual beras langsung.
Baju yang Dipakai Pertama Kali untuk Kerja |
3. Berpakaian
Terakhir, yang saya ingin bahas ketika persiapan sebelum pergi ke kantor, yaitu penampilan. Hal yang paling saya sukai di sini, yakni mereka semua sibuk dengan kepentingannya sendiri dan penampilan-penampilannya yang benar-benar fashionable. Lebih jelasnya, saya melihat beberapa orang memakai jaket, mengenakan headphone, dan memakai scooter. Selain itu, ada juga beberapa orang memakai coat, mengenakan headset, dan sepatu yang benar-benar fashionable sekali. Sebenarnya, hal yang paling saya kagumi adalah ketika saya mengekspresikan penampilan saya di sana, saya tidak merasa sama sekali terganggu dengan pikiran-pikiran "ih, lihat orang itu sok banget" atau kesan sombong lainnya. Di sini, kebanyakan orang benar-benar memikirkan diri mereka sendiri dan penampilan orang lain tidak akan menjadi masalah selama kita berpenampilan rapih dan sebagaimana mestinya. Alhasil, selama 2 bulan berada di sana, saya benar-benar dapat mengekspresikan 100% perasaan saya melalui apa yang ingin saya pakai. Beda halnya jika saya menerapkan gaya hidup ini di perkampungan tempat saya tinggal, tentunya akan dianggap sebagai hal yang ekstrem dan aneh. Jadi, segala sesuatu memang ada tempatnya, tinggal kita menyesuaikan diri saja di mana kita berada.
Gedung-gedung di Brussels, Belgia |
Selama di Perjalanan, Ngapain Aja?
Setelah semuanya siap, saya pun mulai berangkat dari apartemen di mana saya tinggal menuju kantor tempat saya magang. Selama di perjalanan saya benar-benar sadar dan menikmati apa yang terjadi di sekitar. Lebih jelasnya, saya akan ceritakan hal apa saja yang saya lakukan selama di perjalanan ke kantor PA Europe di bawah berikut.
Pasang Headset sebelum Berangkat Main ataupun Kerja |
1. Mendengarkan Musik
Pada awalnya, saya sempat merasa sedikit ragu untuk memakai headset selama dalam perjalanan saya ke kantor PA Europe. Kemudian, saya ingat pada waktu pertama kali jalan dengan Karen, dia pernah menjelaskan bahwa aturan kendaraan di sini lebih ketat. Contohnya, ketika para pejalan kaki ingin menyebrang jalan di sebuah Zebra Cross, para pejalan kaki akan lebih diproritaskan dan kendaraan apapun itu harus berhenti terlebih dahulu. Selanjutnya, saya mengamati pejalan kaki yang lain dengan santainya menyebrang jalan di sebuah Zebra Cross dan hal itu membuat saya lebih percaya diri lagi untuk menggunakan headset sambil jalan kaki. Singkat waktu, saya mulai memakai headset setiap pergi dan pulang kantor. Selama dalam perjalanan ke kantor, saya melihat ke kiri kanan yang mana gedung-gedung, orang-orang, kendaraan, burung-burung, dan lainnya seolah-olah menjadi bagian dari musik yang saya dengarkan pada waktu itu. Hal ini sungguh meningkatkan mood saya dan saya juga lebih merasa bersyukur atas segala hal yang terjadi pada saya kala itu.
Salah Satu Menu Makan Siang - Salad Tomatos and Mozzarella |
2. Membeli Makanan untuk Makan Siang
Hal lain yang biasanya saya lakukan selama dalam perjalanan ke Kantor PA Europe, yaitu membeli makan siang. Sebenarnya, saya sudah banyak menyetok makanan di apartemen saya, tetapi pada waktu itu, saya tidak memiliki wadah makanan dan mager masak juga. 😆 Jadi, setiap pagi saya selalu membeli makanan untuk waktu istirahat di siang hari. Pada awalnya, saya sempat makan siang dengan teman-teman kantor di sana, mereka melihat saya makan siang dengan roti dan itu terlihat aneh buat mereka karena biasanya roti dikonsumsi untuk makan pagi. Saya sempat menjelaskan bahwa jika saya makan, saya tidak terlalu terpaku pada makan pagi, siang, malam. Namun, saya makan jika lapar datang saja, walaupun itu memang tidak baik. Bahkan, makan roti pun tidak terlalu populer dan identik harus dimakan di pagi hari. Saya suka makan roti, di pagi, siang, atau malam kalau ada rotinya. 😂 Selanjutnya, hal unik lainnya yang pernah terjadi, yaitu saya pernah memakan daging babi. Pada waktu itu, setiap hari senin, makan siang selalu disediakan oleh kantor dan kita tinggal memesan makanan apa. Suatu waktu, saya sempat memesan smoked turkey yang mana saya tidak tahu bahwa dagingnya terdapat ham atau kaki bagian atas babi (definisi dari kamus). Teman kerja saya, memberitahu saya bahwa roti tersebut berisi daging babi. Saya pun langsung berhenti memakannya. 😂 Ini benar-benar pengalaman dan sekaligus menjadi pelajaran untuk lebih berhati-hati ketika makan sebagai seorang muslim yang tinggal di negara orang lain.
Menunggu Metro di Stasiun Madou |
3. Kendaraan
Dalam hal transportasi, saya tidak begitu khawatir karena teman kerja saya sempat membantu saya mendaftarkan langganan selama 1 bulan untuk akses transportasi jenis metro, tram, dan bus. Pada waktu itu, saya diberi kartu untuk masuk stasiun metro, masuk tram dan juga bus. Sedikit informasi untuk kalian, transportasi jenis metro ini seperti kereta api pada umumnya, para penumpang metro ini harus masuk ke dalam stasiun terlebih dahulu supaya dapat naik transportasi tersebut. Biasanya jenis kereta ini stasiunnya berada di bawah tanah karena tujuan dari adanya metro ini untuk mempercepat akses ke berbagai tempat di Brussels. Berbeda halnya dengan tram, jenis kereta ini biasanya berada di perkotaan dan mempunyai jalur khusus seperti rel kereta api di negara kita. Dari segi ukuran, tentunya jenis kereta ini lebih pendek daripada kereta api pada umumnya. Di sana, ada juga kereta api, tetapi lebih digunakan untuk keluar kota atau bahkan keluar negara tetangga. Terakhir, kendaraan bus merupakan hal yang sudah tidak aneh lagi, saya dapat pergi ke tempat lain menggunakan bus di Brussels. Saya biasanya menunggu di pemberhentiannya dan menunggu sesuai jadwal yang ada di halte tersebut. Namun, saya pernah dulu naik bus, tetapi ternyata saya harus membayar cash €5 karena kartu MOBIB saya tidak dapat dipakai untuk jenis bus ini. Jadi, jika kalian ke Brussels nanti, harus lebih memperhatikan ini ya.
Setelah Tiba di Kantor |
Setelah Tiba di Kantor
Setelah tiba di kantor, saya biasanya menyeduh secangkir kopi. Jujur saja, saya sebenarnya tidak begitu suka dengan kopi, tetapi saya sering mengonsumsinya selama di sini demi menahan rasa kantuk yang kadang datang. Pekerjaan di sini benar-benar menguras pikiran karena proyek yang ada di sini bukan hanya dalam bidang edukasi, melainkan datang dari berbagai bidang seperti kesehatan, lingkungan, politik, dan sebagainya. Di sini saya ditugaskan untuk membuat memo dari bidang-bidang tadi dan paling menantangnya lagi, ditugaskan untuk menulis beberapa lembar tesis berisikan tentang permasalahan minyak kelapa sawit di Indonesia dan hubungannya dengan Uni Eropa.
Itulah beberapa aktivitas yang saya lakukan mulai dari apartemen sampai ke kantor. Tentunya, ada beberapa pelajaran yang saya dapatkan selama di sana. Berikut adalah tiga pelajaran besar yang saya dapatkan:
1. Tidak Semua Hal di Luar Negeri Lebih Baik
Mungkin beberapa dari kita beranggapan bahwa kehidupan di mereka itu lebih tertib, bersih, dan enak secara fasilitas. Namun, hal penting yang perlu kalian ketahui adalah tidak semuanya di luar negeri itu baik dalam segala hal. Seperti yang sudah saya jelaskan tadi, kebanyakan orang-orang di negara Eropa menggunakan tissue sebagai alat untuk membersihkannya. Hal ini terbukti dari kebanyakan toilet mereka yang gunakan di dalamnya hanya tersedia tissue dan tempat pembuangan bekas tissue bekas bersih-bersih tersebut. Tentunya, menurut kita, hal ini kurang begitu lazim dan dalam hal kebersihan memang lebih bersih dengan air. Bahkan, di beberapa negara lainnya, ada yang memasak mengolah makanan untuk dijual dengan menggunakan tangan kosong tanpa sarung tangan. Jadi, bersyukurlah jika kita masih 'lebih baik' dalam hal ini. Perlu kita akui bahwa dalam kebersihan lingkungan dan tata tertib, kita dapat menjadikannya sebagai contoh. Mereka benar-benar terdidik dalam hal sistem pembangunan berkelanjutan karena mereka tinggal di benua yang memang rawan terkena krisis perubahan iklim. Lebih jelasnya, hal ini dapat mempengaruhi ekonomi mereka terutama dalam sektor pertaniannya. Sementara di Indonesia, beberapa dari kita masih lengah dengan hal tersebut karena belum merasakan bagaimana gelombang panas (heatwave) memberikan dampak buruk bagi lingkungan. Jadi, baik di luar negeri atau di dalam negeri, semuanya dapat belajar dari satu sama lain karena masing-masing memiliki kekurangan dan kelebihan.
2. Setiap Langkah Terdapat Kebahagiaan dan Rasa Syukur
Saya sempat menjelaskan tentang musik sebagai teman perjalanan saya ke kantor. Sebenarnya, yang menjadi makna adalah setiap lagu yang saya dengarkan memberikan makna tersendiri. Pada waktu itu, saya sering sekali memutar lagu Dawin - Sidekick. Saya sungguh menikmati lagu itu selama perjalanan menuju ke kantor terutama pada bagian lirik "we love traveling, we love catching flies...". Di sini, saya benar-benar merasakan kebebasan dan makna kebahagiaan di dunia ini. Mungkin untuk kalian atau yang lainnya hal ini terdengar biasa saja, tetapi untuk saya, menemukan diri saya dan mengekspresikan perasaan dalam konteks yang tepat merupakan sesuatu hadiah besar dari Allah. Alhasil, rasa syukur pun selalu saya katakan dalam hati "mmm, Ya Allah, Alhamdulilah, teu nyangka urang bisa kieu" dalam Bahasa Indonesianya "mmm, Ya Allah, Alhamdulilah, gak nyangka aku bisa kayak gini". Sepanjang jalan saya melihat kiri, kanan, atas, dan langkah kaki saya. Semuanya seolah-olah berpihak pada saya. Tidak jarang, saya juga mendokumentasikan beberapa tempat yang memang menarik yang mana hasilnya nanti akan saya tuliskan menjadi sebuah cerita selama saya berada di sana. Intinya, kebahagiaan itu sumbernya dicari dari hal sederhana dulu, yakni di mulai dari dalam diri kita dan kemudian cari di luar sana.
3. Melihat Sekitar, Saya Merasa Belum Ada Apa-apanya
Pelajaran yang terakhir, yaitu saya sadar bahwa masih banyak yang harus saya pelajari. Melihat mereka di sekitar saya yang mana mengenakan pakaian layaknya seorang pemikir. Sebenarnya, menilai dari penampilan saja tidak cukup, tetapi setidaknya, kesan yang dimunculkan dari cara mereka berpakaian memperingatkan kepada saya sendiri bahwa saya harus lebih semangat dalam bekerja dan mencari ilmu. Di sini, saya memang terkesan membandingkan diri saya dengan orang lain. Jawabannya, ya, saya membandingkan diri dengan orang lain, tetapi saya membandingkan seolah-olah saya masih banyak kekurangan dalam ilmu pengetahuan. Alhasil, saya selalu berusaha memperbaiki diri dan terbuka untuk belajar hal-hal baru. Lebih lanjut, saya sering berprinsip bahwa mereka sama juga manusia seperti saya sendiri dan mereka semua akan mati termasuk saya. Di sini, saya mulai meningkat kepercayaan diri dan keyakinan saya karena saya dan orang-orang lainnya bahkan nabi sekalipun dapat meninggal. Intinya, hidup di dunia ini untuk saya lebih ke berusaha semaksimal mungkin dalam pekerjaan apapun yang saya cintai dan berusaha juga membuat dunia ini sedikit lebih baik dari hasil keringat saya. Terkadang rasa lelah menyerang di beberapa waktu, tetapi saya tidak diam saja, saya mencari solusi. Tidak mencari solusi terhadap suatu permasalahan itu artinya saya lebih mencintai berada dalam situasi keterpurukan tersebut. Kalau saya pikir lebih realistis lagi, hidup ini semua kuncinya ada dalam kata "belajar", entah itu belajar hal yang baik atau hal buruk pun juga bisa. Pada dasarnya, jejak atau reputasi apa yang ingin saya tinggalkan di dunia ini setelah saya kembali dipanggil nanti oleh Allah SWT.
Seperti yang dapat kalian lihat, sebuah perjalanan pun dapat menjadi sebuah refleksi yang mudah-mudahan dapat menyemangati kalian. Semuanya adalah tentang bagaimana kita dapat merasakan setiap momen secara mendalam, yakni tidak hanya berada dalam momen tersebut tanpa sebuah renungan, refleksi, dan rasa syukur. Segitu saja untuk postingan kali ini, semoga dapat membawa manfaat untuk kalian semuanya sobat Caravel. 😊🙌
No comments:
Post a Comment