Ketika sobat Caravel mendengar kata gap year, apa yang sering terlintas di pikiran kita? Mungkin ada beberapa di antara kita yang berpikir bahwa gap year merupakan hal yang mengkhawatirkan karena kita tidak siap secara mental menerima kenyataan bahwa kita belum bisa melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi. Namun, bagi sebagian orang ada yang sudah berpikir bahwa gap year adalah waktunya kita untuk berbenah dan memperbaiki diri untuk lebih baik lagi. Terlepas dari kedua perspektif tersebut, hal yang paling penting, yaitu memahami bagaimana sebuah idealisme kita yang terbentuk sebelumnya dapat berbeda dengan kenyataan yang mana sebagian orang sudah mengalaminya, termasuk saya sendiri. Mungkin dengan membaca pengalaman yang saya bagikan kepada sobat setia Caravel semuanya, setidaknya dapat memperluas atau bahkan membentuk paradigma baru teman-teman terhadap gap year yang saya alami pada waktu itu selama 1 tahun.
Pada tahun 2013, merupakan tahun transisi terbesar dalam hidup saya, di mana saya untuk pertama kalinya menginjakkan kaki di bangku Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Selama duduk di bangku kelas 10, saya belum begitu mengerti apa itu dunia SMK sesungguhnya, pola pikir saya masih layaknya seperti anak-anak Sekolah Menengah Pertama (SMP). Saya menikmati hidup dengan meminta bekal uang saku dari orang tua saya untuk saya jajankan di sekolah dan kemudian pulang seperti siswa-siswa pada umumnya. Singkatnya, saya pada akhirnya naik ke kelas 11, di tahun ini merupakan tahun yang benar-benar menjadi turning point bagi saya. Saya dulu mengikuti tes buta warna dan hasilnya ternyata saya positif buta warna parsial. Saya benar-benar terpukul dengan kejadian tersebut dan masih belum percaya, karena saya sudah terlanjur masuk jurusan Multimedia yang mana sangat memerlukan kemampuan membedakan warna-warna. Di sini saya mulai berpikir untuk berbenah diri, tetapi saya bingung harus mulai dari mana.
Perpustakaan SMK (2016) |
Seiring berjalannya waktu, saya sering merenung di kamar saya sendirian dan berpikir apa sumber-sumber yang bisa saya manfaatkan supaya saya tidak menganggur setelah lulus sekolah. Kemudian, saya mendapatkan ide sederhana, yaitu membaca buku-buku di perpustakaan sekolah yang mungkin dapat membantu saya menemukan jati diri saya. Di sinilah awal mula saya gemar membaca buku-buku kategori personal development atau pengembangan diri. Buku-buku yang saya baca sangat memberikan motivasi kepada saya sendiri untuk lebih semangat menjalani hidup dan terus belajar banyak hal dari orang-orang hebat. Buku yang paling saya ingat dulu salah satunya, yaitu "Be Super You" yang ditulis oleh F. Gina Hajairin. Buku tersebut menjelaskan prinsip-prinsip hidup positif di setiap poinnya yang dapat saya terapkan. Perubahan signifikan yang terlihat dari saya pada waktu itu, saya mulai berjualan pulsa dan mencoba berjualan keripik buah. Kemudian, suatu saat saya mulai berpikir bahwa saya sangat memerlukan laptop untuk mengembangkan diri saya dengan menonton video pembelajaran Bahasa Inggris. Namun, karena keadaan finansial yang masih kurang, orang tua saya belum dapat membelikan saya benda tersebut. Saya tidak kehabisan akal, saya mengunduh banyak sekali video pembelajaran Bahasa Inggris untuk kemudian saya tonton satu per satu di handphone saya dulu dan mencatatnya di buku catatan seperti halnya sekolah, namun melalui video pembelajaran.
Tahun berikutnya tiba, pada akhirnya saya berada di bangku kelas 12 yang mana merupakan masa-masa di mana saya, siap tidak siap, harus siap secara mental menghadapi berbagai konsekuensi yang terjadi. Sebagai anak tunggal dan berada dalam kehidupan yang serba seadanya, secara konsisten saya terus belajar memperbaiki diri seperti salah satunya, yaitu mengasah kemampuan Bahasa Inggris saya. Saya memerlukan kemampuan bahasa ini karena saya berharap dapat membantu dalam pencarian karier saya setelah lulus sekolah. Pada hampir akhir tahun ajaran di bangku SMK, orang tua saya alhamdulilah sudah dapat membelikan saya sebuah laptop. Ini merupakan pertama kalinya saya mempunyai laptop pribadi di rumah. Kemudian, saya mempelajari Bahasa Inggris dapat dengan mudah melalui laptop baru saya itu. Singkatnya, akhir tahun pelajaran sudah berada di depan mata. Namun, sayangnya, secara mental, saya belum siap menerima semua ini, saya belum siap untuk bekerja dan saya ingin melanjutkan kuliah saja.
Fotbar dengan Guru Bahasa Inggris Panutan Mr. Iwan dan teman-teman (2016) |
Kemudian setelah saya lulus dari bangku SMK, saya mulai mencoba mendaftar tes Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Nasional (SBMPTN) di tahun 2016. Saya dulu mencoba mendaftar SBMPTN melalui jalur Bidikmisi. Tentunya saya sangat mempersiapkan diri untuk melakukan tes ini di salah satu SMK di Kota Tasikmalaya. Saya masih ingat sekali malam sebelum besok tes, saudara saya dan ibu saya membantu mengecek lokasi tesebut, saya merasa sangat terbantu sekali oleh mereka. Keesokan harinya, saya bersiap-siap untuk pergi dari Kabupaten Tasik ke Kota Tasik bersama ibu saya dan saudara saya. Kemudian setelah saya sampai, saya hanya bisa berdo'a dan berusaha mengerjakan soal dengan harapan dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang perkuliahan. Setelah tes selesai, saya kemudian pulang naik angkot kembali ke kampung saya. Setelah bebeapa bulan menunggu, saya dengan penuh harapan membuka hasil tes SBMPTN tersebut dan ternyata saya belum ada rezekinya untuk melanjutkan sekolah ke tingkat perguruan tinggi.
Mengetahui hal-hal tersebut, saya merasa sedih tentunya, tetapi saya masih mempunyai beberapa rencana-rencana yang dapat saya lakukan untuk satu tahun ke depan. Jadi, di bawah saya akan jelaskan apa saja hal-hal besar yang saya lakukan selama satu tahun dari Bulan Juni 2016 sampai Bulan Juni 2017 secara singkat.
Couchsurfing International Day 2016 |
1. Rencana Hitchhiking Bulan Desember ke Singapura
Setelah mengetahui bahwa saya belum berhasil tes SBMPTN, beberapa rencana sudah saya siapkan, tetapi bukan tentang pekerjaan. Saya secara mental belum siap dan masih kurang percaya diri dengan kekurangan yang saya miliki. Pada waktu itu, saya mulai bermimpi ingin traveling dan apakah bisa dengan modal keberanian saja dengan sedikit uang. 😂 Kemudian, saya menonton TEDx di YouTube yang berjudul How to travel the world with almost no money. Ketika saya menyimak speaker tersebut, Tomislav Perko, saya sangat terinsprasi sekali. Di salah satu penjelasannya, beliau merekomendasikan Couchsurfing untuk akomodasi gratis dan juga menjalin pertemanan dengan host yang ada di komunitas ini. Sayapun mencoba mengunjungi situsnya dan daftar menjadi anggota Couchsurfing. Beberapa minggu kemudian ada agenda pertemuan untuk perayaan International Couchsurfing Day 2016 dan saya gabung bertemu dengan anggota CS di Kafe Bareto Tasik. Anyway, ini juga merupakan pengalaman pertama kalinya ke Kafe, bisa dibayangkan orang dari kampung jauh-jauh ke kota buat cari pengalaman ingin menambah relasi pertemanan yang lebih luas. 😆 Di sinilah pertama kali juga saya bertemu dengan teman dari Argentina, nama panggilannya Timon. Setelah bercakap-cakap lamanya sampai lumayan larut malam, pada akhirnya Timon ingin kunjung ke desa saya besok hari.
Keesokan harinya, pada sore hari tepatnya, Timon akhirnya datang juga ke rumah saya diantar oleh salah satu anggota Couchsurfing, A Fajar (yang memegang kue ultah di atas). Kemudian, A Fajar pulang kembali ke rumahnya dan Timon akhirnya menginap untuk satu malam di rumah saya. Dari sore berekplorasi alam sekitar sampai di malam hari bercakap-cakap tentang traveling. Di sinilah saya semakin ingin untuk pergi ke negara-negara lain dan belajar banyak hal. Saya mulai mengumpulkan uang dan membeli barang-barang yang diperlukan untuk hitchhiking. Yes, karena keadaan finansial yang kurang, saya dengan nekat akan mulai hitchhiking pada Bulan September 2016 ke Singapura.
Memandu Teman dari Jerman (2016) |
2. Menjadi Pemandu Lokal di Desa Sendiri
Jadi pemandu? kok bisa? Jadi begini ceritanya, setelah saya mendapatkan referensi positif dari Timon di komunitas tersebut, saya direkomendasikan oleh dia kepada travelers yang lain. Tidak lama di bulan selanjutnya saya mendapat request dari tamu berikutnya dari Jerman untuk tinggal beberapa malam dan saya menerimanya. Secara berangsur, saya semakin mendapatkan respon positif dari mereka dan mendapatkan banyak referensi dari mereka. Saya sadar bahwa dengan memperluas pertemanan seperti ini akan memudahkan saya ketika saya berada di luar negeri suatu saat. Apakah saya digaji untuk pekerjaan ini? Jawabannya, tidak. Komunitas ini bertujuan untuk saling membantu satu sama lain dalam hal akomodasi dan juga memperbanyak koneksi kita dari negara-negara lain. Di sini juga saya semakin melatih kemampuan berbicara saya dalam Bahasa Inggris. Sebelumnya, saya sudah terbiasa berbicara dalam Bahasa Inggris, tetapi hanya dalam percakapan telepon saja. Ketika saya mulai berbicara Bahasa Inggris dengan bertatap muka secara langsung, ada sekali perbedaan-perbedaan yang dirasakan, salah satunya, yaitu rasa gugup benar-benar saya sangat rasakan ketika mencoba berbicara langsung secara tatap muka. Setelah semakin terbiasa, saya merasa ketika berbicara itu yang paling penting adalah dapat memahami satu sama lain dan tidak perlu merasa khawatir dengan kesalahan-kesalahan kecil dalam tata bahasa ataupun pengucapan.
Belajar Bahasa Inggris - Engvid (2016) |
3. Mengasah Kemampuan Bahasa Inggris dan Bahasa Asing Lainnya
Belajar Bahasa Inggris memang sudah dari dulu dan mata pelajaran ini memang sudah menjadi mapel paling favorit bagi saya juga. Setelah sekian lamanya menonton video pembelajaran dari handphone, akhirnya saya dapat menonton video tersebut di laptop dengan layar yang lebih luas dan nyaman. Laptop menjadi kebutuhan primer untuk saya pada waktu itu karena saya dapat menyimpan berkas-berkas lebih banyak dan juga mencadangkan berkas-berkas dari handphone ke laptop. Selain itu, saya lebih mudah menulis artikel-artikel di blog saya dan dapat mengedit video dalam sebuah aplikasi yang sudah saya pasang di laptop. Lebih ekstremnya lagi, saya mulai belajar banyak sekali bahasa asing dan benar-benar sangat percaya diri bahwa saya mampu melakukannya. 😆Kemudian, saat saya mengobrol dengan teman saya yang dari Polandia, mereka menyarankan saya untuk fokus saja satu per satu, tidak boleh semuanya.
Di bulan November 2016, saya mulai berpikir untuk fokus mempelajari Bahasa Italia dari awal. Saya mencari channel-channel untuk belajar Bahasa Italia. Alasan terbesar saya mempelajari bahasa ini adalah karena makanannya, kulturnya, dan alam-alam di Italia yang sangat indah juga. 😍 Setelah beberapa bulan, saya sudah mulai terbiasa mengobrol dalam Bahasa Italia dan mulai memahami tata bahasanya. Seiring berjalannya waktu, saya dapat membedakan struktur Bahasa Inggris dan Bahasa Italia. Misalnya, jenis kata maskulin dan feminim tidak ada dalam kosakata Bahasa Inggris, sementara dalam kosakata Bahasa Italia ada. Hal ini mempermudah saya untuk mempelajari bahasa lainnya. Ketika saya melihat Bahasa Arab, saya otomatis memahami bahwa "Alif Lam" sama halnya dalam Bahasa Italia "Il, La, Lo, Gli, Le, L', I" atau dalam Bahasa Inggris "The". Ketika mempelajari bahasa lebih dari satu, kita akan memahami sendiri bagaimana setiap bahasa mempunyai karakter khasnya masing-masing.
Foto dengan Laptop Bersejarah 😇 (2016) |
4. Mendaftar Massive Open Online Courses (MOOCs) untuk Mengasah Kemampuan
Karena keinginan yang kuat untuk berkuliah lagi, saya mengasah kemampuan yang harus saya siapkan pada waktu itu. Lebih lanjut, saya sudah terdaftar di salah satu situs MOOCs dan mengambil kursus berjudul Academic Skills for University Success di Coursera. Di kursus ini saya belajar banyak hal mulai dari penerapan literasi informasi ketika kuliah sampai apa yang harus saya lakukan ketika berada di bangku perkuliahan. Harapan saya untuk melanjutkan ke pendidikan yang selanjutnya memang begitu tinggi. Setelah dengan pertimbangan yang matang sekali, saya memutuskan untuk mengambil program studi Pendidikan Bahasa Inggris. Alasan terbesar saya mengambil jurusan ini, yaitu saya menyukai sekali Bahasa Inggris dan dunia pendidikan yang tercerminkan ketika saya kecil suka bermain peran sebagai guru di antara teman-teman saya. Selain itu, saya juga telah mengambil kursus di Coursera, yaitu Strategic Career Self-Management. Di kursus ini, saya semakin sadar pentingnya untuk mengenal siapa diri kita dan pada waktu itu, saya mengambil salah satu tes kepribadian dan kecocokan karier yang cukup populer dan lengkap sekali, namanya O*NET OnLine.
Itulah beberapa aktivitas yang menurut saya memberikan pengaruh besar sekali untuk saya setelah saya akhirnya ada rezeki dapat melanjutkan kuliah ke salah satu Perguruan Tinggi Negeri (PTN) yang ada di Indonesia. Di bawah ini merupakan beberapa pelajaran yang saya dapatkan dari gap year tersebut.
Pangandaran (2016) |
a) Gap Year Waktu Terbaik untuk Berbenah Diri
Pelajaran terbesar pertama yang saya dapatkan, yaitu bahwa gap year merupakan hadiah terbesar dari Allah SWT. Cara Tuhan itu unik, kita memang tidak begitu menyukai salah satu tantangan ini dalam hidup. Namun, jika saya pikirkan kembali, saya mempunyai waktu yang sangat longgar sekali untuk belajar apapun yang saya inginkan. Di gap year ini pula saya semakin jelas ingin ke mana dan menemukan jati diri saya. Pada faktanya, beberapa orang masih sulit menemukan apa yang mereka inginkan dan akan pergi ke mana kita sebenarnya. Saya mulai beranalogi bahwa memiliki tujuan hidup itu seperti ketika kita ingin pergi ke suatu tempat, contohnya Bali. Bali tersebut merupakan tujuan hidup saya. Sejauh apapun perjalanan hidup saya, selama saya punya tujuan tersebut (Bali), saya tidak buta karena suatu saat pasti saya sampai di tujuan tersebut pada akhirnya. Bagaimana jika meninggal? walaupun meninggal, saya meninggal dalam perjuangan dan tidak akan mati sebagai seorang pengecut yang menyerah terhadap mimpi yang digapainya tersebut. Di sinilah saya menemukan The Power of Dreams.
Alm. Bapakke - Paling Kanan (2016) |
Mamake (2022) |
b) Orang Tua Harta Paling Berharga di Dunia ini
Wallahi, ketika saya gagal SBMPTN, saya merasa dunia ini seakan sudah berakhir dan tidak berpihak lagi pada saya. Semuanya dikubur oleh kekurangan saya. Pada waktu itu, saya merasa menjadi manusia yang paling bodoh dan ditakdirkan mengganggur dan tidak ada peluang cerah untuk saya ke depannya. Seperti yang saya jelaskan di salah satu poin di atas, saya akan hitchhiking pada Bulan September. Cara tersebut adalah pelampiasan saya untuk balas dendam terhadap rasa sakit saya tidak dapat melanjutkan sekolah lagi dan bekerja juga belum siap sama sekali. Saya nekat untuk pergi ke Singapura dengan beberapa uang tabungan dan alat-alat traveling yang sudah terkumpul. Pada waktu itu, yang hanya terpikirkan "saya berhak bahagia, dunia ini luas dan banyak peluang di luar sana asalkan saya berani dan tidak takut mati". Itulah pikiran saya pada waktu itu. Bukti saya telah matang dengan keputusan saya ini adalah saya sudah menghubungi Tomislav Perko, saya sudah jelaskan di poin sebelumnya siapa beliau. Saya mengirimkan email ke beliau apakah mungkin seseorang seperti saya hitchhiking dan mengelilingi dunia seperti dirinya.
Email Saya kepada Tomislav Perko (2016) |
Kalau direnungkan kembali lihat email di atas, mata saya terkadang sedikit berkaca-kaca dengan sendirinya, sebegitunyakah diri saya dulu. Saya pernah berada di titik gelap ini, saya bahkan tidak percaya bahwa saya akan bisa seperti ini sekarang. Banyak sekali rasa sakit yang saya alami pada waktu itu mulai dari omongan orang-orang terhadap gap year saya.
Kita lanjutkan lagi bagaimana hal ini ada hubungannya dengan orang tua saya. Singkatnya Bulan September sudah di depan mata, di malam hari saya sudah beres-beres peralatan untuk berangkat besok dan kemudian saya berbicara dengan kedua orang tua saya yang sedang menonton TV di ruang keluarga. Saya mengatakan "Mah, adi udah gede sekarang kan, dunia kan luas, adi perlu menjelajahinya, gak bisa di sini terus. Masalah ketemu atau tidaknya, mungkin suatu saat bisa ketemu lagi entahlah, tapi terima kasih udah mendidik dan membesarkan adi sampai sekarang". Respon orang tua saya tentunya menolak, terutama mamake saya yang tiba-tiba menangis mendengar hal tersebut. Semalam tersebut, saya bingung sambil menangis sendiri apa yang harus saya lakukan dan kemudian saya berpikir kembali bahwa jika saya pergi dengan kesedihan orang tua yang tidak ingin anak satu-satunya pergi meninggalkannya, itu hanya akan menjadi malapetaka buat saya selama dalam perjalanan nanti.
Backpack Pertama Kali Beli (2016) |
Keesokan harinya, saya memutuskan untuk membatalkan rencana hitchhiking tersebut, saya berpikir untuk merancang rencana-rencana lain untuk ke depannya ingin seperti apa saya. Di sinilah saya mulai bertanya-tanya tentang diri saya sendiri. Saya mulai berkenalan dengan diri saya sendiri dan berusaha menemukan apa potensi yang ada di dalam diri saya. Saya mulai berdamai dengan diri sendiri dan bersyukur melihat sisi positif hidup apalagi ketika orang tua saya ikut serta mondar-mandir menemani saya berjuang dari SBMPTN ke-1 sampai SBMPTN ke-2, sampai secara kasarnya, ngemis-ngemis ke orang punya agar saya dapat kuliah. Saya merasa tidak tega melihat orang tua saya berjuang demi saya sampai demikian, sehingga saya mulai memperkuat mental saya dan berjuang keras demi mereka. Walaupun untuk membalas kebaikannya tidak mungkin, setidaknya dari momen itu sampai sekarang menjadi alasan kenapa saya harus tetap semangat belajar dan bekerja, salah satu alasan utamanya adalah karena orang tua saya. 😇
Formulir SBMPTN 2017 |
c) Sabar, Rezeki Tidak Pernah Tertukar
Pelajaran yang saya dapatkan selanjutnya, yaitu adalah percaya bahwa rezeki itu tidak akan tertukar. Kala itu, saya tidak begitu percaya dengan kata-kata tersebut. Bahkan ada salah satu guru SMK saya, ketika saya sudah mengalami kegagalan di SBMPTN 2016, beliau bertanya kepada saya "Bagaimana dengan hasil SBMPTNnya?" kemudian saya menjawab "Belum lolos bu" beliau merespon kembali "Tidak apa-apa belum waktunya saja, sabar". Saya cukup emosi di dalam hati. 😅 Segampang itukah? kemudian di tahun 2017 saya mencoba kembali daftar dengan menerapkan strategi yang berbeda dengan tahun sebelumnya. Saya tidak begitu berharap dan menerima apapun hasilnya nanti. Di SBMPTN ke-2 ini saya pergi diantar oleh ibu saya ke Kota Tasik untuk melakukan tesnya di salah satu SMAN Tasikmalaya. Setelah ujian selesai, saya kemudian pulang naik angkot dan mamake menjemputnya di Pasar Cikurubuk. Selama di dalam angkot saya melihat-lihat keluar dan berkata di dalam hati "Mereka semua pejuang SBMPTN, sama seperti saya, apakah saya mungkin bisa lolos di antara banyaknya mereka yang berjuang juga?"
Pulang Tes SBMPTN - Jalan Tentara Pelajar (2017) |
Hasil Tes SBMPTN 2017 |
Setelah beberapa bulan kemudian saya menunggu dan pengumuman SBMPTN-pun tiba, diumumkan di malam hari. Saya masih ingat, sebelum saya membuka pengumuman SBMPTN tersebut, saya sedang berada di rumah sepupu saya dan mengobrol termasuk berbicara bahwa hasil tes SBMPTN malam ini diumumkan, mudah-mudahan bisa lolos. Saya tidak begitu berharap dan benar-benar pesimis 😅 Ketika saya di rumah, saya mulai masuk kamar dan membuka laptop saya untuk mengecek hasil tesnya. Saya membuka situs tersebut dengan perasaan biasa saja dan bahkan berpikir bahwa hasilnya kemungkinan merah seperti tahun kemarin. 😏 Ketika saya membukanya, alhamdulilah saya tidak percaya dengan hasilnya bahwa saya dinyatakan berhasil diterima di PTN pilihan pertama. Ibu saya turut bahagia mendengar kabar demikian. Di sini saya sadar bahwa apa yang dikatakan guru saya benar sekali bahwa semuanya adalah masalah waktu dan kesabaran untuk terus berusaha. Rezeki tidak akan pernah tertukar karena sudah Allah tuliskan di Lauhul Mahfudz. 😊
Kerja Kelompok Salah Satu Matkul di Kampus (2018) |
d) Persiapan adalah Segalanya
Pelajaran terbesar yang terakhir, namun tidak kalah pentingnya adalah persiapan itu ternyata benar-benar penting sekali. Apa yang saya lakukan selama gap year sungguh tidak sia-sia. Mempunyai pengetahuan awal sangat membantu sekali kinerja akademik saya selama kuliah, terutama saat sedang berada di kelas. Seperti yang saya sudah katakan sebelumnya bahwa saya masuk prodi Pendidikan Bahasa Inggris, maka tentunya menguasai Bahasa Inggris adalah hal yang sangat penting. Pada saat masuk kuliah, saya sudah setidaknya tidak perlu terlalu merasa khawatir soal Bahasa Inggris karena saya sudah melatih diri saya secara penuh ketika gap year dulu. Andaikan dulu saya masuk angkatan 2016, pastinya saya masih kurang fasih dalam menggunakan bahasa ini. Rencana Tuhan memang tidak terduga dan kita akan tahu di akhir hasilnya kalau kita tetap konsisten berusaha. Selain itu, kursus-kursus yang saya pernah ikuti dulu tentang persiapan untuk berkuliah sangat membantu sekali ketika saya berada dalam dunia perkuliahan. Bahkan saya masih mengikuti beberapa MOOCs sampai saat ini. Terakhir, hal ini benar-benar membuat saya paham bahwa sebenarnya pendidikan itu gratis dan sudah tersedia banyak sekali di internet, tinggal kita bertindak memilah dan memilih sesuai dengan bidang ketertarikan kita.
Itulah serangkaian cerita mulai dari apa yang saya lakukan selama gap year sampai refleksi diri dan mengambil pelajaran-pelajaran yang dapat saya petik dari momen tersebut. Intinya, kita sudah seharusnya percaya bahwa Tuhan sudah merancang cerita kita sebaik mungkin asalkan kita tetap konsisten berusaha melakukan hal yang baik dan benar, dalam hal ini gap year bukanlah pengalaman yang memalukan apalagi malah membuat kita tidak semangat. Di sini kita sedang mendesain momen-momen yang mana akan menghasilkan suatu cerita di masa depan. Jadi, baik atau buruknya cerita tersebut tergantung dari apa yang kita lakukan sekarang. Semua orang memiliki cerita uniknya masing-masing dan sekarang kamu juga yang baca artikel ini sedang merancang masa depanmu akan seperti bagaimana. 😎 Best of luck on your path!
Sangat menginspirasi bagi saya, karena saya juga ketolak 2 kali (snmptn dan snmpn) dengan jurusan yang hampir sama yaitu sastra inggris, dan bahasa inggris vokasi.
ReplyDeleteSemoga saya juga lolos di tahun depan 2023 di Politeknik negeri bandung jurusan bahasa inggris.
Amiiiin ya robbal alamin.
Amiin ya robbal alamin. Salam pejuang akademik, kak. Semangat buat kita! ^_^
Delete