Selamat datang kembali teman-teman Caravel semuanya, berlanjut dari postingan kemarin tentang 6 Kemampuan Penting Yang Harus Dimiliki Selama Kuliah. Selanjutnya, yang perlu kita ketahui dalam dunia akademik, yaitu perbedaan antara data, infomasi, pengetahuan, dan kebijaksanaan. Sebenarnya kata-kata tersebut mungkin terdengar sudah tidak asing lagi bagi kita, tetapi terkadang beberapa di antara kita tidak menutup kemungkinan ada yang belum tahu pasti apa perbedaan antara data, informasi, pengetahuan, dan kebijaksanaan tersebut.
Kenapa yah dalam budaya akademik kita harus memahami hal-hal tersebut? Jawabannya adalah selama kita belajar di universitas, kita benar-benar akan memerlukan kemampuan tingkat berpikir lebih tinggi atau yang sering kita kenal dengan Higher Order Thinking Skills. Apakah kita pernah berpikir apa yang membuat zaman sekarang berbeda dengan zaman dahulu terutama dalam hal teknologi? Ya, itu semua berkembang pesat karena ilmu pengetahuan manusia. Setiap kita ingin menghasilkan pengetahuan yang baru, tentunya kita harus mencari, menganalisis, dan mengevaluasi informasi yang tersebar banyak di internet yang mana informasi tersebut harus dipilih dengan kehatian-hatian dan sumber tersebut harus benar-benar terpercaya. Itulah alasan mengapa kita harus memahami perbedaan data, informasi, pengetahuan, dan kebijaksanaan.
Matthew.viel, CC BY-SA 4.0, via Wikimedia Commons |
1. Data
Fernandes (2014) mendefinisikan data sebagai sekumpulan fakta-fakta yang objektif dan mempunyai ciri-ciri tersendiri satu sama lain. Fakta-fakta tersebut masih belum terorganisasi dan belum diproses atau masih bersifat mentah sehingga tidak belum memiliki makna karena kurangnya interpretasi dan konteks. Lebih lanjut, contoh data adalah ketika seorang jurnalis melakukan wawancara kepada seseorang, secara sadar/tidak sadar seorang pewawancara tersebut mengambil data dari seorang narasumber. Hasil wawancara (data) tersebut belum menjadi hal yang memiliki makna karena belum ada proses interpretasi dan penyesuaian dengan konteksnya.
2. Informasi
Selanjutnya, beliau menjelaskan bahwa informasi adalah sekumpulan data yang sudah terorganisasi dan terinterpresikan sesuai dengan konteks atau tujuan spesifiknya sehingga kumpulan data tersebut akan membentuk sebuah informasi. Contohnya, kita dapat mengambil kasus yang sama lagi, seorang jurnalis yang ingin mendapatkan informasi tentang keadaan hidup seorang narasumbernya. Kita dapat mengamati bahwa tujuan jurnalis tersebut semata-mata ingin mendapatkan informasi dari seorang narasumber tentang kehidupan narasumbernya. Ketika narasumber tersebut diwawancarai oleh jurnalisnya, pastinya banyak sekali ujaran-ujaran yang dikeluarkan oleh narasumber tersebut (data). Setelah wawancara selesai, nantinya jurnalis akan menyaring, mengorganisasikan, dan menginterpretasikan data-data tersebut ke dalam konteks atau tujuan yang sesuai dari si jurnalis tersebut.
3. Pengetahuan
Surbhi (2018) menjelaskan bahwa pengetahuan lebih merujuk ke kesadaran atau pemahaman pada subjek yang dikuasai dari pendidikan atau pengalaman seseorang. Lebih jelasnya, perlu kita ketahui dengan banyaknya informasi bukan berarti ilmu pengetahuan semakin banyak (Schiltz et al., 2007; Koltay et al., 2016), seperti halnya data yang diolah menjadi informasi, demikian pula untuk menghasilkan ilmu pengetahuan harus ada proses penyaringan dan pengevaluasian infromasi-informasi terlebih dahulu. Contohnya, ada banyak sekali informasi dari siaran-siaran berita di Televisi, tetapi kita tidak bisa langsung menelannya begitu saja melainkan harus mengumpulkan, mempertimbangkan, dan melakukan riset terlebih dahulu sehingga hasil akhir akan menjadi pengetahuan baru. Intinya seperti yang kitahui ketahui bahwa untuk mencapai standar ilmu pengetahuan itu harus memenuhi kriteria seperti logis, objektif, metodik, sistematis, universal, kumulatif, berkembang, dan tentatif.
4. Kebijaksanaan
Yang terakhir, yaitu kebijaksanaan. Kebanyakan dari kita pasti pernah mendengar kata "kebijakan" kan? Betul, kebijakan merupakan tindak lanjut dari pengetahuan. Semua orang-orang yang terlibat dalam pembuatan kebijakan tentunya harus melakukan riset yang mana harus melewati ketiga proses di atas sampai pengetahuan dihasilkan. Setelah pengetahuan dihasilkan, selanjutnya adalah bagaimana orang-orang tersebut memutuskan tindak selanjutnya dari hasil pengetahuan tersebut. Kebijakan dari pemerintah yang diterapkan itu sekarang bukan hanya keputusan-keputusan tanpa dasar, tetapi melalui riset terlebih dahulu. Jadi, kata 'bijaksana' tidak sesederhana yang sering kita dengar, namun harus melewati proses di atas untuk memenuhi standar 'bijaksana' ini.
Peran kita sebagai mahasiswa selama kuliah?
Ketika kita ingin membentuk identitas sebagai seorang akademisi dan seseorang yang berpengetahuan, selektif terhadap informasi merupakan hal yang fundamental untuk kita sebagai seorang akademisi. Untuk membangun pengetahuan, kita harus memilih, mengelola, dan menginterpretasikan informasi-informasi secara kritis. Menurut Rheingold, ketika kita terlibat dalam seleksi informasi akan melibatkan literasi seperti memfokuskan atensi kita, mengevaluasi informasi secara kritis, berpartisipasi dalam jaringan-jaringan digital, dan terlibat dalam kolaborasi (2012). Melek terhadap empat hal tersebut akan meningkatkan pengetahuan kita terutama dalam program studi yang kita ambil.
Sekarang kita sudah mengetahui bahwa informasi banyak sekali di sekeliling kita, tetapi tidak semuanya akademik. Namun, ini bukan berarti juga bahwa kita tidak dapat menggunakan informasi-informasi tersebut selama kita berkuliah. Informasi yang memenuhi standar akademik adalah segala informasi yang sudah diproses secara akademis seperti eksperimen atau penelaahan sejawat. Seterusnya, pernyataan dari Lavoie et al. (2014) dapat membantu kita membedakan kedua informasi yang akademis dan non akademis. Jadi, beliau membagi informasi ke dalam 2 jenis, yaitu cultural record dan scholarly record.
- Cultural record
adalah teks yang sering kita temukan setiap hari. Selain itu, teks ini ditulis oleh siapa saja dari berbagai kalangan. Teks ini juga ditujukan untuk siapa saja seperti teman-teman, kenalan, keluarga, dan siapapun. Contoh dari teks ini, yaitu status orang di Facebook, karya sastra (novel, puisi, dan cerita pendek), acara televisi, lagu, berita, dan artikel-artikel lainnya (Reinders, Moore, & Lewis, 2008).
- Scholarly record
Referensi
Fernandes, L. (2014). The journey from data to knowledge and wisdom. LinkedIn. https://www.linkedin.com/pulse/20140722053326-3033591-the-journey-from-data-to-knowledge-and-wisdom.
Koltay, T., Spiranec, S., & Karvalics, L. Z. (2016). Research 2.0 and the future of information literacy. Chandos Publishing.
Rheingold, H. (2012). Net smart: How to thrive online. Mit Press.
Schiltz, M., Truyen, F., & Coppens, H. (2007). Cutting the trees of knowledge: Social software, information architecture and their epistemic consequences. Thesis Eleven, 89(1), 94-114.
Surbhi, S. (2018). Difference Between Information and Knowledge (with Comparison Chart). Key Differences. https://keydifferences.com/difference-between-information-and-knowledge.html.
No comments:
Post a Comment